Semasa hidupnya, Ko Ni sering mengkritik militer Myanmar yang masih memiliki pengaruh besar meski negara tersebut mulai beralih dari sistem junta ke demokrasi.
Ia ditembak di bagian kepala dari belakang saat berada di luar bandara Yangon pada 29 Januari 2017. Sopir taksi, Ne Win, juga dibunuh saat berusaha menghentikan pelaku yang ditangkap polisi di lokasi kejadian.
Suu Kyi memilih diam usai sahabat dekatnya itu meninggal dunia. Dalam upacara memorial untuk dua korban tewas pada 26 Februari 2017, ia mengekspresikan "kehilangan besar" yang dialami partainya.
.jpg)
U Ko Ni. (Foto: AFP)
"Kematian U Ko Ni adalah kehilangan besar bagi NLD (Liga Nasional Demokrasi). Dia bekerja bersama kami selama bertahun-tahun dengan berpegang teguh pada keyakinannya," ungkap Suu Kyi, seperti dilaporkan AFP via Mizzima, Senin 27 Februari 2017.
Sebagai pejabat publik dari minoritas Muslim di Myanmar, Ko Ni sering mengecam meningkatnya Islamophobia di negaranya. Sikapnya tersebut kerap berujung sejumlah ancaman serangan atau pembunuhan.
"Ayah saya sering diancam, tapi dia tidak menerima itu begitu saja. Dia selalu berbuat apa yang dia anggap benar," tutur anak perempuan Ko Ni, Yin Nwe Khine.
Pada 25 Februari, otoritas Myanmar mengumumkan hasil investigasi atas kematian Ko Ni. Pembunuhan Ko Ni disebut bermotif "patriotisme ekstrem."
"Patriotisme ekstrem ini membunuh (Ko Ni), menurut hasil investigasi kami," kata Menteri Dalam negeri Letnan Jenderal Kyaw Swe.
Suu Kyi sangat jarang tampil di hadapan publik. Bungkamnya Suu Kyi atas kematian Ko Ni mengejutkan banyak pihak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News