Empat fakta yang diungkapkan, yakni tren ekonomi saat ini, keterlibatan ekonomi kawasan dengan Tiongkok, fakta mengenai posisi Tiongkok di dunia, dan yang terakhir mengenai kekuasaan.
Mengutip Buku Putih Kebijakan Luar Negeri Pemerintah Australia, Wong mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) AS naik menjadi USD24 triliun pada 2030. Hal yang sama juga terjadi pada Tiongkok, yakni mencapai USD42,4 triliun di periode yang sama.
Menurutnya, Tiongkok akan memiliki perekonomian yang lebih besar dan menonjol dibanding pemain global lainnya, seperti AS, India dan Uni Eropa. Bahkan, dia memprediksi kekuatan ekonomi Beijing dapat tujuh kali lebih besar dibanding Jepang.
"Kedua adalah realitas keterlibatan ekonomi kita (kawasan Asia Pasifik) dengan Tiongkok," tuturnya di Jakarta, Selasa, 24 September 2019.
Menurutnya, Tiongkok merupakan mitra dagang utama bagi banyak negara di kawasan Asia Pasifik. Bahkan Tiongkok menjadi sumber utama investasi dan bagian penting dari rantai pasokan global dan regional.
Wong menuturkan, Lowy Institute Asia Power Index menempatkan Tiongkok sebagai sumber daya ekonomi. Sebagian besar karena bobot ekonomi, konektivitas dan aliran modal serta sarana fisik yang digunakan negara-negara untuk terhubung membentuk ekonomi global.
Menurut Wong, keterlibatan ekonomi dengan Tiongkok akan tetap menjadi hal penting bagi banyak negara. "Ini yang merupakan kepentingan Beijing, terlepas dari pilihan dan keputusan yang kita buat," imbuhnya.
Sementara itu, dia juga mengingatkan fakta bahwa Tiongkok memiliki peringkat tinggi di dunia. Secara aktif, kata Wong, Beijing berpartisipasi dalam semua organisasi internasional utama, mulai dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PB), hingga Interpol.
"Dan perannya merupakan bagian integral dari penyelesaian masalah dan tantangan global, mulai dari perubahan iklim, hingga pelucutan senjata nuklir," ungkapnya.
Fakta keempat adalah kekuasaan yang dimiliki Washington dan Beijing. Keduanya diakui memiliki kekuataan tak terbantahkan di kancah global. Perseteruan antar keduanya, termasuk soal perang dagang, telah berimbas pada perekonomian banyak negara.
"Tidak ada dampak menguntungkan yang dihasilkan dari perang dagang ini," pungkas Wong.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News