Polisi pada Minggu menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa dalam betrokan terbaru dalam lebih dari tiga bulan kerusuhan yang telah menjerumuskan kota yang dikuasai Tiongkok itu ke dalam beberapa dekade.
Bentrokan terbesar dari beberapa bentrokan terjadi di dekat stasiun Mass Transit Railway (MTR), yang sekarang menjadi sasaran serangan karena stasium sering ditutup atas perintah pemerintah untuk menghentikan para demonstran berkumpul.
Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di News Town Plaza di kota New Territories, Sha Tin pada Minggu, meneriakkan: “Berjuang untuk kebebasan” dan “Bebaskan Hong Kong.”
Para aktivis menginjak-injak bendera Tiongkok di dekat stasiun kereta api dan melawan seorang pria yang mereka yakini menentang mereka. Para pengunjuk rasa juga menghancurkan kamera video dan loket tiket di stasiun.
Beberapa membuang sampah di pintu masuk mal. Para pengunjuk rasa kemudian tumpah ke luar ke tempat mereka membakar barikade yang terbuat dari kardus, pohon-pohon palem yang rusak dan puing-puing lainnya.
“Pada Senin 23 September, layanan kereta api telah kembali normal,” pernyataan pihak MTR, seperti dikutip Channel News Asia, Senin, 23 September 2019.
Mantan koloni Inggris itu berada di ambang menjelang peringatan 70 tahun berdirinya Tiongkok pada 1 Oktober, dengan pihak berwenang ingin menghindari adegan yang dapat mempermalukan pemerintah pusat di Beijing.
Pemerintah Hong Kong telah membatalkan tampilan kembang api besar untuk menandai hari jika terjadi bentrokan lebih lanjut. Sementara Negeri Tirai Bambu mengatakan pihaknya memiliki keyakinan pada pemimpin Hong Kong Carrie Lam untuk menyelesaikan krisis.
Demonstran frustasi pada apa yang mereka lihat sebagai pengetatan Beijing atas pusat keuangan Asia, yang kembali ke Tiongkok pada 1997 di bawah formula ‘satu negara, dua sistem’ yang dimaksudkan untuk menjamin kebebasan yang tidak dinikmati di daratan.
Tiongkok mengatakan pihaknya berkomitmen pada pengaturan ‘satu negara, dua sistem’ dan menyangkal ikut campur.
Hong Kong juga menandai ulang tahun kelima akhir pekan ini dari dimulainya protes prodemokrasi ‘Gerakan Payung’ yang gagal merebut konsesi dari Beijing.
Para pedemo antipemerintah, banyak yang bertopeng dan mengenakan pakaian hitam, telah menyebabkan kekacauan sejak Juni, melemparkan bom molotov ke polisi, menghancurkan stasiun metro, memblokir jalan-jalan bandara dan menyalakan api jalanan.
Penulis: Fitri Nur Rizkyani
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News