“Baru saja Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan Joint Task Force Aceh dan Andaman-Nicobar dan kami kembali sepakat bahwa kerja sama maritim Indonesia-India harus diperkuat,” kata Menlu Retno di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Kamis 5 September 2019.
Retno menambahkan, tim gabungan kedua negara ini akan bertemu 12 November mendatang. Selain itu, kedua negara juga memperkuat kerja sama di infrastruktur wilayah tersebut.
Menanggapi Retno, Jaishankar menyambut baik kerja sama ini. Menurut dia, kerja sama di Aceh dan Andaman-Nicobar sejalan dengan konsep Indo-Pasifik dari Indonesia.
“Kami sepakat bahwa Indonesia dan India sebagai dua negara dengan ekonomi utama di kawasan perlu sinergi untuk menanggulangi tantangan di kawasan. Kerja sama ini sejalan dengan konsep Indo-Pasifik milik Indonesia,” ucap dia.
Keamanan kawasan, menurut dia, juga sejalan dengan konsep poros maritim dan juga konektivitas India dan Indonesia. Jaishankar menyebut bahwa Andaman adalah prioritas strategis India.
“Kami ada satgas gabungan untuk Andaman Aceh yang diprakarsai kedua negara dan juga disebutkan oleh Retno bahwa satgas akan bertemu November nanti atau bisa lebih awal,” ungkap dia.
Saat mengunjungi Indonesia, Mei 2018, PM Narendra Modi juga menyambut baik kerja sama perdagangan dan investasi yang sudah mulai berlangsung antara Andaman-Nicobar dengan Aceh. Menurut Modi, kerja sama ini adalah kerja sama praktis yang menguntungkan kedua pihak.
Penduduk Kepulauan Andaman-Nicobar yang berjumlah sekitar 400 ribu jiwa tersebar di 38 pulau. Mereka sangat membutuhkan pasokan barang dari Sumatera, terutama Aceh.
Selama ini, 95 persen kebutuhan penduduk di kepulauan ini didatangkan dari Chennai dan Kalkuta. Tiga hari sekali pengiriman barang dilakukan dari Pelabuhan Chennai atau Kalkuta ke Pelabuhan Port Blair di Kepulauan Andaman-Nicobar.
Komoditas yang biasanya diekspor adalah rempah-rempah dan bahan makanan yang jarang ditemukan di Andaman-Nicobar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News