Lebih dari 1.000 pengunjuk rasa turun ke jalanan Baghdad dalam mengecam kinerja Pemerintah Irak yang dinilai buruk. Polisi menggunakan gas air mata dan juga menembakkan senjata api untuk membubarkan massa.
Kementerian Kesehatan Irak menyebut satu orang tewas dan 200 lainnya terluka -- termasuk 160 warga sipil -- dalam bentrokan di ibu kota.
Menurut keterangan sumber medis dan polisi, sebagian besar korban terkena dampak buruk gas air mata dan peluru karet. Seorang pejabat keamanan di Dhi Qar mengonfirmasi ada satu demonstran yang tewas dan dua terluka dalam bentrokan.
Dengan membawa bendera Irak, para demonstran berkumpul di Lapangan Tahrir. Mereka menyerukan berbagai tuntutan, yang intinya adalah menentang jalannya pemerintahan Irak sejauh ini.
"Para pencuri itu berusaha merampok kita semua," teriak sekelompok orang, merujuk pada jajaran pejabat pemerintahan Irak. Menurut data organisasi Transparency International, Irak adalah negara ke-12 paling korup di seluruh dunia.
"Masalah saat ini adalah, para anggota parlemen terdiri dari sejumlah geng yang saling bertengkar," tutur Abbas Fadel, seorang pedemo berusia 30 tahun, dilansir dari AFP.
Sejumlah orang mengaku turun ke jalan untuk memprotes buruknya pelayanan publik, kurangnya pasokan aliran listrik serta air dan juga tingginya angka pengangguran.
"Tolong tunjukkan kepada kamia semua apa yang kalian bisa kerjakan. Tolong bangun jalan raya, rekonstruksi infrastruktur, lapangan pekerjaan. Kami tidak punya itu semua," ucap Mustafa Khaled.
Beberapa pengunjuk rasa juga membawa foto Letnan Jenderal Abdulwahab al-Saadi, yang belakangan didepak dari posisinya di Badan Anti-Terorisme Irak.
Data World Bank menunjukkan, tingkat pengangguran di Irak saat ini berkisar 25 persen, atau dua kali lipat dari rata-rata nasional negara tersebut.
Sejak 2004, menurut data resmi Pemerintah Irak, dana publik senilai hampir USD450 miliar atau setara Rp6.391 triliun raib ke kantung sejumlah politisi dan pebisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News