Kapal ini awalnya merupakan kapal perang yang dibuat Jerman pada 1941. Kemudian, sempat direnovasi oleh Prancis dan akhirnya dihibahkan serta direnovasi ulang oleh Swiss.
"Karena Swiss tidak berbatasan dengan laut apapun, maka perjalanan ekspedisi ini dimulai dari Sevila, Spanyol pada April 2015," kata Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Yvonne Baumman kepada awak media di atas kapal Fleur de Passion, Pelabuhan Batavia Marina, Jakarta, Rabu 4 April 2018.
Menariknya, kapal perang ini telah diubah menjadi kapal untuk penelitian dan juga untuk berbagi pengalaman antar penumpang dan awak kapal.

Dubes Yvonne Baumman. (Foto: Sonya Michaella)
"Kami ubah semua. Sekarang kapal ini menjadi kapal yang penuh pengetahuan dan juga pertukaran budaya antara warga negara," ujar Samuel, salah satu pendiri tim ekspedisi dari Swiss.
Memulai perjalanan dari Spanyol, sebelum ke Jakarta, kapal ini sempat singgah di Brasil, sejumlah pelabuhan di Benua Amerika.
Memasuki Pasifik, Fleur de Passion sempat singgah di Samoa dan Solomon lalu ke Brisbane, Australia dan tiga pelabuhan lainnya di Negeri Kanguru.
"Di Asia, kami singgah di Cebu, Ternate, Singapura, Kuching dan Jakarta," lanjut dia. Dari Asia, kapal ini akan berlayar masuk ke Afrika dan akan mengakhiri perjalanan di Rabat, Maroko.
Setiap dua bulan, penumpang dan kru akan diganti. Pergantian penumpang dan kru ini disebut proses untuk mengenal kultur dan budaya dari negara lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News