Kedutaan Besar AS di Port Moresby mengatakan, 24 pencari suaka yang berada di Pulau Manus terbang ke Filipina, lalu selanjutnya akan diterbangkan ke AS.
"Mereka kelompok pertama yang disetujui. Mereka telah menjalani proses pemeriksaan yang ketat dan memenuhi semua persyaratan untuk mendapatkan pemukiman di AS," kata seorang diplomat Kedubes AS, dikutip dari AFP, Selasa 26 September 2017.
"Kami berharap pengungsi lain juga akan diterbangkan dalam waktu dekat. Memang semuanya dalam kerangka waktu yang berbeda, tidak bisa sekaligus," lanjut dia.
Menurut data imigrasi Australia per 31 Juli, hampir 800 pencari suaka berada di Pulau Manus yang terdiri dari 371 laki-laki dan sisanya adalah wanita dan anak-anak.
Sempat menyebut kesepakatan pengungsi antara Australia dan AS ini bodoh, akhirnya Presiden AS Donald Trump menerima para pencari suaka masuk ke Negeri Paman Sam.
Pasalnya, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, semua pengungsi "hanya akan datang ke Amerika Serikat apabila sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres)".
Menteri Imigrasi Australia, Peter Dutton, menegaskan bahwa tidak ada orang yang saat ini berada di Pulau Manus atau Nauru yang diizinkan untuk masuk ke Australia.
Seorang juru bicara untuk Peter Dutton mengatakan "posisi Pemerintah Koalisi telah jelas dan konsisten: mereka yang dipindahkan ke pusat pemrosesan regional tidak akan pernah tinggal di Australia".
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News