Dia tertidur dan ketika terbangun, dia menyadari keluarganya menghilang. Sebuah kisah pilu dari anak berusia tujuh tahun, korban krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar.
Hasina bersama dengan 250 ribu anak pengungsi Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Namun sayang, penderitaan tak hanya berakhir di situ saja. Bocah ini harus menghadapi adanya masalah perdagangan manusia yang dilakukan segelintir orang demi kekayaan semata.
Menurut para aktivis dan relawan kemanusiaan di kemah Cox's Bazar, Bangladesh, para pengungsi, terutama anak-anak rentan menjadi korban perdagangan manusia. Pasalnya, mereka tak punya rumah dan keluarganya terpencar entah ke mana.
Hal ini kemudian membangkitkan lagi rasa kemanusiaan. Seperti yang dilakukan Nazir Ahmed, seorang Rohingya yang datang ke Bangladesh sejak bayi pada awal 1990-an. Pria ini berusaha menyatukan kembali keluarga-keluarga yang tercerai-berai dalam kemah-kemah penampungan tersebut.
Hasina, menjadi salah satu yang beruntung ditemukan Nazir. Meski belum bisa menyatukan kembali Hasina dengan keluarganya, namun keluarga Nazir merawat bocah itu dengan baik di tempat tinggal mereka yang kecil.
"Jika seseorang menemukan anak-anak yang tersesat dan menangis di pinggir jalan, mereka dibawa ke sini. Kemudian saya membuat pengumuman di kemah pengungsian kalau ada anak hilang," ujar Nazir seperti dikutip dari laman AFP, Kamis 28 September 2017.
"Jika orangtuanya datang, saya serahkan," kata dia.
Namun hal tersebut menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Nazir dan keluarganya. Dia menuturkan sudah dua kali menggagalkan upaya penculikan anak-anak dalam kemah pengungsi tersebut. Bahkan, yang kedua kalinya si pelaku dipukul dan diperintahkan meninggalkan kemah.
Save the Children dan UNICEF juga menyatakan keprihatinannya akan risiko eksploitasi di negara yang tengah konflik dan banyak pengungsi. Mereka kemudian membantu orang-orang seperti Nazir dan yang berhati mulia lainnya untuk menemukan keluarga anak-anak itu.
Dengan di awasi oleh dua organisasi ini, diharapkan penculikan dan perdagangan manusia di kemah pengungsi bisa terdeteksi dan digagalkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News