Ribuan polisi anti huru-hara dan personel paramiliter menembakkan gas air mata, peluru karet dan meriam air ke arah pendemo untuk menghalau mereka agar tidak bergerak ke ibu kota.
Pengunjuk rasa, berjumlah sekitar 2.000, bertahan dan membela diri dengan melemparkan batu. Mereka juga mencoba menyerang polisi dengan tongkat kayu dan besi sepanjang hari.
Kericuhan sudah terjadi sejak 8 November, di mana pengunjuk rasa dari kelompok Tehreek-e-Labaik memblokade jalanan utama menuju Islamabad. Mereka menuntut agar Menteri Hukum Zahid Hamid mundur dari jabatannya.
Kelompok Tehreek-e-Labaik adalah partai politik garis keras menuntut agar pemerintahan Perdana Menteri Shahid Khaqan Abbasi untuk memecat Hamid.
Partai ini menilai bahwa Hamid melakukan penistaan agama dengan mengubah aturan pemilu terkait pengucapan sumpah oleh para kandidat.
Tehreek-e-Labaik menilai amandemen aturan yang disetujui Hamid memungkinkan adanya kandidat pemilu dari Ahmadiyah, kelompok minoritas di Pakistan.
Strategi Baru
Pekan lalu, pengadilan di Pakistan memerintahkan agar pemerintah pusat mengakhiri aksi pendemo yang menghalangi akses menuju Islamabad. Serangkaian pertemuan terjadi antar pemimpin protes dengan perwakilan pemerintah untuk mencari titik temu.
"Kami masih tetap bekerja, namun akan tetap menjaga posisi kami saat ini," ucap Khalid Khattak, kepala kepolisian Islamabad, kepada Al Jazeera.
Menurut keterangan Dokter Farrukh Kamal di rumah sakit pemerintah PIMS, sedikitnya 111 korban luka adalah polisi dan petugas keamanan.
Sejumlah pendemo telah ditangkap selama operasi polisi di sekitar Islamabad.
"Kami tidak ingin ada korban lagi, dan kami akan menerapkan strategi baru," kata Khattak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News