Ungkapan disampaikan Pyongyang usai Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut Korut telah melakukan sejumlah tindakan "buruk."
"Pompeo telah melampaui batas dalam berkata-kata, dan hal itu telah membuat pembukaan kembali negosiasi antara DPRK-AS semakin sulit," kata Wakil Pertama Menlu Korut Choe Son-hui, dalam pernyataan yang dimuat di Korean Central News Agency, Sabtu 31 Agustus 2019.
DPRK merujuk pada akronim dari nama resmi Korut, yakni Republik Demokratik Rakyat Korea.
"Kami didorong (AS) untuk memeriksa kembali semua langkah yang telah kami ambil sejauh ini," tutur Choe, dilansir dari Nikkei Asian Review.
Dalam sebuah pidato di acara untuk veteran pada Selasa kemarin, Pompeo mengatakan bahwa "perilaku buruk Korut tidak dapat diabaikan begitu saja."
Negosiasi denuklirisasi Semenanjung Korea antara Korut dan AS relatif mandek sejak Februari lalu, usai Presiden AS Donald Trump bertemu pemimpin Korut Kim Jong-un di Vietnam.
Pertemuan ketiga Trump dan Kim di Zona Demiliterisasi pada Juni lalu juga tidak membuat negosiasi dua negara berlanjut.
Pyongyang berkukuh dialog baru dapat dilanjutkan usai AS mencabut sejumlah sanksi ekonomi. Sementara Washington mengaku baru siap melanjutkan dialog jika Korut terlebih dahulu melucuti semua senjata nuklir.
Di tengah kebuntuan ini, Korut melakukan uji coba peluncuran misil balistik jarak pendek dalam beberapa pekan terakhir.
Sejumlah pengamat menilai uji coba ini bertujuan meningkatkan tekanan terhadap AS dan Korea Selatan atas lambannya negosiasi isu nuklir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News