Presiden Filipina Rodrigo Duterte pimpin perang melawan narkoba. Foto: AFP.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte pimpin perang melawan narkoba. Foto: AFP.

Kritikus Duterte Terima Peran Perangi Kejahatan Narkoba

Medcom • 07 November 2019 07:05
Manila: Seorang kritikus yang sengit terhadap perang anti-narkoba mematikan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, menerima jabatan tertinggi. Dia berperan untuk membantu mengarahkan kampanye, berjanji untuk menghentikan pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah.
 
Sementara, para kritikus mengatakan pengangkatan itu merupakan upaya untuk membungkam musuh. Tindakan itu akan menempatkan Leni Robredo di kokpit penumpasan yang diawasi secara internasional.
 
Duterte menawarkan jabatan itu kepada Robredo, yang juga wakil presiden tetapi terpilih secara terpisah, setelah dia berulang kali mengkritik kampanye yang menewaskan ribuan orang.

"Saya ingin memperbaiki kampanye melawan obat-obatan terlarang, menghentikan pembunuhan orang tak berdosa dan mempertanggungjawabkan pejabat yang kejam," kata Robredo pada konferensi pers.
 
Dia akan menjadi ketua komite yang bertanggung jawab untuk mengawasi tindakan keras, yang sampai sekarang dipimpin oleh badan anti-narkoba nasional.
 
Para kritikus Duterte skeptis dengan penunjukan itu. Senator Lila de Lima menyebutnya sebagai ‘jebakan konyol’.
 
“Presiden ingin menciptakan sebuah narasi yang menyalahkan semua kesalahannya pada orang lain. Dia sempat dipenjara atas tuduhan narkoba yang katanya termotivasi secara politis,” tambah De Lima, dirilis dari AFP, Rabu, 6 November 2019.
 
Berbagai pendapat mengatakan perang narkoba mendapat dukungan besar dari orang-orang Filipina. Namun, dia memiliki kritik tingkat tinggi di kalangan politisi oposisi, gereja Katolik yang kuat, dan kelompok-kelompok advokasi.

Rangkaian Perselisihan


Lembaga-lembaga asing juga ikut mempertanyakan pembunuhan itu, termasuk jaksa penuntut Pengadilan Pidana Internasional yang meluncurkan penyelidikan uji coba.
 
Agen narkoba mengatakan mereka telah menewaskan lebih dari 5.500 orang yang diduga sebagai pengedar dan pengguna yang melawan balik selama penangkapan. Selain itu, pengawas mengatakan jumlah sebenarnya setidaknya empat kali lebih tinggi.
 
Para advokat menuduh kampanye itu adalah perang terhadap kaum kota miskin yang memiliki efek samping melepaskan serangkaian pembunuhan terkait dengan segala sesuatu, mulai dari perselisihan pribadi hingga persaingan politik.
 
Juru bicara Duterte, Salvador Panelo, membantah penunjukan itu sebagai upaya menyeret Robredo ke dalam kampanye untuk bekerja sama dengan dia.
 
"Secara efektif, kami memberinya tangga ke kepresidenan. Ini adalah kesempatannya," kata Panelo pada Selasa.
 
Sebelumnya, Duterte mencemooh kemampuan Robredo dalam potensinya memimpin negara, amanah yang harus dilakukan jika presiden meninggal atau tidak berfungsi baik.
 
Namun, dalam umpan balik yang dicap oleh para kritikus sebagai jebakan, Duterte mengatakan dalam pidatonya pekan lalu bahwa situasi narkoba telah ‘memburuk’ dengan polisi di ambang penyerahan.
 
"Ini di luar kemampuan saya, tetapi mungkin dia akan melakukan yang lebih baik," kata Duterte kepada wartawan pekan lalu.
 
Beberapa anggota kabinet Duterte mengatakan mereka akan bekerja dengan Robredo dengan itikad baik. Namun, tidak semua dari mereka begitu ramah.
 
“Ayo Leni, Kita coba sesuatu yang baru. Kegiatan seperti pelegalan perdagangan narkoba, pengrehabilitasian bagi pengedar narkoba,” tulis Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin di Twitter.
 

 
Penulis: Rifqi Akbar
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan