Robin Haynes Fisher, 44, meninggal dunia di lokasi bernama "Zona Kematian" di Everest. Zona tersebut dikenal minim oksigen.
"Dia meninggal dunia akibat kondisi tubuh yang terlampau lemah usai pendakian panjang dan proses turun gunung yang berlangsung sulit," ujar Murari Sharma dari Everest Parivar Treks, dilansir dari laman TRT World.
Menurut Sharma, Fisher mengembuskan napas terakhir saat turun dari gunung setinggi 8.850 meter bersama sejumlah pemandu Sherpa. Di tengah perjalanan turun, Fisher tiba-tiba tumbang.
Para pemandu mengganti tabung oksigen Fisher dan memberinya air. Namun, usaha tersebut tak mampu menyelamatkan nama Fisher.
Satu hari sebelumnya, seorang pendaki asal Irlandia juga meninggal dunia di Everest sisi Tibet. Ayah dua anak itu tewas di tendanya di ketinggian 7.000 meter, setelah berputar balik sebelum dapat mencapai puncak.
Beberapa kematian lain pekan ini meliputi empat pendaki dari India, satu asal Nepal, satu Austria dan satu Amerika Serikat.
Otoritas setempat mengatakan sebagian besar kematian di Everest terjadi akibat kondisi tubuh yang lemah, kelelahan dan terhambatnya pendakian karena rute yang terlalu padat.
Meningkatnya jumlah orang yang mendaki -- dan meninggal dunia -- di Everest memicu sejumlah pihak yang menyerukan agar izin mendaki dibatasi.
Jumlah orang yang mendaki Everest tahun ini kemungkinan melampaui tahun lalu. Pada 2018, 807 tercatat telah berhasil mencapai puncak Everest.
Baca: Pendaki Ternama asal Swiss Tewas di Gunung Everest
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News