Jia Jinglong menembak mati kepala daerahnya dengan senjata paku di provinsi Hebei tahun lalu.
Sejumlah pengacara dan pengguna internet di Tiongkok mendesak pemerintah memperingan hukuman Jia. Mereka menyebut alasan membunuh Jinglong kuat karena kesal rumahnya dihancurkan, dan dia juga sudah mengakui kejahatannya itu.
Menurut laporan Global Times, rumah Jia dirobohkan beberapa pekan sebelum hari pernikahannya pada 2013. Jia tidak mendapat ganti rugi.
"Eksekusi pembunuh bernama Jia Jinglong telah dilaksanakan," tulis Pengadilan Rakyat di Shijiazhuang dalam akun media sosial yang sudah terverifikasi, seperti dilansir AFP.
Kantor berita Xinhua melaporkan Jia sempat bertemu beberapa sanak famili sebelum dieksekui sebagai bagian dari aturan hukum.
Baik pengadilan maupun Xinhua tidak menyebutkan detail metode eksekusi. Namun eksekusi di Tiongkok secara umum diyakini menggunakan suntikan berisi zat mematikan.
Kasus Jia memicu perdebatan panjang di media sosial Negeri Tirai Bambu. Ratusan orang menandatangani petisi pencabutan hukuman mati atas Jia, sementara beberapa pengacara mengirim surat ke petugas pengadilan untuk meminta pengampunan.
Penggusuran tanah dan rumah oleh otoritas daerah untuk proyek pembangunan adalah salah satu sumber keresahan publik di Tiongkok, yang dalam beberapa kasus berujung pada kericuhan.
Tiongkok diyakini sebagai negara dengan jumlah eksekusi mati terbanyak dengan estimasi ribuan per tahun, walau jumlah pastinya merupakan rahasia negara.
Jumlahnya menurun dalam beberapa tahun terakhir, karena eksekusi mati kini harus terlebih dahulu melewati Mahkamah Agung Tiongkok.
Pengadilan Tiongkok tahun lalu meringankan hukuman mati seorang wanita pembunuh suaminya yang kerap berbuat kekerasan dalam rumah tangga. Hukuman diringankan setelah Beijing mendapat desakan kuat dari masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News