Kongres Gambut Internasional ke-15 di Kuching, Sarawak, Malaysia, 16 Agustus 2016. (Foto: MTVN/Willy Haryono)
Kongres Gambut Internasional ke-15 di Kuching, Sarawak, Malaysia, 16 Agustus 2016. (Foto: MTVN/Willy Haryono)

Kerap Kritik Negara Tropis, Eropa Juga Eksploitasi Lahan Gambut

Willy Haryono • 16 Agustus 2016 15:19
medcom.id, Kuching: Sikap ambigu negara-negara Eropa terkait lahan gambut mendapat kritik dari para pembicara dalam kongres gambut internasional di Serawak Malaysia. Salah satu pembicara Kalyana Sundram mengatakan ada anggapan keliru di tengah masyarakat bahwa lahan gambut hanya ada di negara tropis. Padahal, negara subtropis juga memiliki lahan gambut yang dieksploitasi untuk kepentingan ekonomi.
 
"Kalau pengelolaan lahan gambut untuk budidaya disalahkan, maka negara-negara subtropis seperti Eropa juga harus disalahkan," kata Ketua Malaysian Palm Oil Council (MPOC) Kalyana Sundram saat menutup presentasinya di 15th International Peat Congress (IPC) di Kuching, Serawak, Malaysia, Selasa (16/8/2016). 
 
Menurut Sundram, pekerjaan rumah besar bagi para ilmuwan adalam mengkomunikasikan dengan benar bahwa pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya memberikan dampak positif bagi ekonomi, ekologi, dan biodiversity. "Saat ini, kesannya pemanfaatan gambut untuk budidaya adalah sumber kerusakan lingkungan. Ini yang seharusnya diluruskan,” katanya.

Ia menyebut lahan gambut adalah salah satu sumber daya alam yang sejak awal sejarah kehidupan manusia sudah dikelola dan dimanfaatkan. Pemanfaatan lahan gambut selain sebagai bahan bakar, juga untuk kegiatan budidaya perkebunan maupun hutan tanaman. "Kehidupan manusia membutuhkan pemanfaatan sumber daya alam baik yang bisa diperbarui maupun yang tidak bisa diperbarui. Keduanya harus dimanfaatkan dengan optimal dan berkelanjutan," tutur Sundram.
 
Lahan gambut juga memiliki peran ekologis vital untuk mendukung biodiversitas dan berfungsi sebagai penyimpan karbon. Namun harus diakui, jika pemanfaatan sumber daya alam seperti gambut tidak dikelola dengan baik, maka akan berpotensi merusak lingkungan. "Inilah tantangan besar komunikasi terkait lahan gambut. Saat ini, karena komunikasi yang lemah, lahan gambut jadi objek tudingan penyebab deforestasi dan meningkatnya emisi gas rumah kaca," ungkap Sundram.
 
Sundram menilai informasi mengenai lahan gambut selama ini tidak berimbang. Ironisnya, banyak ilmuwan yang juga ikut menyudutkan. "Jadi kesannya, gambut hanya isu negara-negara tropis. Ilmuwan tidak menyampaikan gambaran yang objektif terkait gambut tersebut,” ujar dia. 
 
Kritik terhadap ilmuwan disampaikan Sundram terutama terkait Eropa yang sesungguhnya juga telah mengeksplotasi lahan gambut untuk kepentingan ekonomi, baik sebagai briket, lahan pertanian, hutan tanaman, dan holtikultur. "Ini adalah sektor-sektor ekonomi penting di Eropa. Mereka melindungi sektor ekonominya, tetapi dengan menyerang sektor ekonomi wilayah lain,” tutup Sundram.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan