Namun, ICRC hanya satu-satunya organisasi yang diperbolehkan Myanmar tinggal bersama pengungsi.
Di Cox’s Bazar dan daerah sekitarnya, ICRC menyalurkan bantuan berupa makanan, obat-obatan dan keperluan lainnya.
"Sampai saat ini, semuanya berjalan lancar. Semua bantuan tersalurkan dengan baik. Kami hanya satu-satunya organisasi kemanusiaan yang diizinkan tinggal di Rakhine dan wilayah pengungsi," ujar Direktur Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor Leste, Christoph Sutter, ketika ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis 8 Mei 2018.
"Adanya kami di wilayah pengungsi juga berkat dukungan dari Pemerintah Indonesia dan ASEAN. Kami akan terus memberikan bantuan kepada pengungsi di Rakhine dan Bangladesh," lanjut dia.
Kendati penyaluran bantuan berjalan cukup baik, ada sejumlah kendala yang menghadang, salah satunya logistik karena minimnya infrastruktur.
"Kendala kami adalah logistik. Jadi kami tidak bisa cepat menyalurkan, ketika ada pengungsi yang benar-benar membutuhkan saat itu juga," tukas Sutter.
Untuk mengatasi ini, ICRC terus melobi dan bekerja sama dengan penduduk setempat agar mau membantu logistik yang cukup sulit tersebut.
ICRC pun terus berkomitmen dalam membantu pengungsi yang ada di perbatasan Myanmar-Bangladesh, tanpa memandang latar belakang, agama dan suku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News