Polisi Myanmar di Desa Ye Baw Kyaw, Maungdaw, tempat jenazah warga Hindu Myanmar ditemukan (Foto: AFP).
Polisi Myanmar di Desa Ye Baw Kyaw, Maungdaw, tempat jenazah warga Hindu Myanmar ditemukan (Foto: AFP).

Militan ARSA Bantah Lakukan Pembunuhan pada Warga Hindu Myanmar

Arpan Rahman • 28 September 2017 17:28
medcom.id, Rakhine: Militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) dituding melakukan pembunuhan massal pada warga sipil Hindu di negara bagian Rakhine. Tudingan ini muncul seiring banyaknya jenazah warga Hindu yang ditemukan di wilayah Maungdaw.
 
Dituduh demikian, kelompok ARSA mengeluarkan pernyataan bahwa mereka membantah anggotanya terlibat dalam kekerasan terhadap warga sipil, sebagaimana yang dituduhkan militer Myanmar dan beberapa pengungsi Hindu di Bangladesh.
 
Dalam unggahannya di akun Twitter, ARSA membantah hal tersebut. "Pejuang kami tidak melakukan pembunuhan, kekerasan seksual dan perekrutan paksa di desa Fakirabazar, Riktapara, Chikonchhardi di Maungdaw atau sekitar 25 Agustus 2017," demikian kata mereka, seperti dilansir dari laman Asian Correspondent, Kamis 28 September 2017.
 
ARSA juga menyampaikan simpati mereka kepada semua korban penganiayaan, pembunuhan, dan genosida dalam konflik belakangan ini. Mereka menuding balik kejahatan kemanusiaan itu dilakukan militer Myanmar.
 
"ARSA mengungkapkan simpati terdalam untuk semua korban penganiyaan, pembunuhan, kejahatan perang, genosida, pembersihan etnis, dan kejahatan lainnya terhadap kemanusiaan, terlepas dari latar belakang etnis atau agama, seperti yang dilakukan tentara Myanmar atau pihak lain dalam konflik," imbuh mereka.
 
Sementara itu, pemerhati hak asasi manusia menuduh Myanmar 'bermain politik dengan orang mati'. Menurut Human Rights Watch, tuduhan pada ARSA tidak berdasar.
 
"Kesimpulan cepat pemerintah atas kesalahan ARSA sangat bertentangan dengan keengganannya sendiri meyakinkan investigasi kejahatan yang tak terhitung jumlahnya yang dilakukan oleh pasukan mereka sendiri terhadap para warga Muslim Rohingya," pungkas mereka.
 
Sejak kekerasan pecah di Rakhine pada 25 Agustus lalu, 480 ribu pengungsi etnis Rohingya melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh. Banyaknya jumlah pengungsi ini membuat pemerintah Bangladesh sedikit kewalahan.
 
Sejak 2012, kasus kekerasan di Rakhine terjadi. Namun, sempat mereda dan kembali terjadi lagi pada bulan lalu saat sekelompok orang, diduga ARSA, menyerang pos polisi. Banyak orang tewas akibat insiden ini dan kekerasan pecah akibat gara-gara kejadian itu.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan