medcom.id, Jakarta: Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mengharapkan hasil pertemuan trilateral antara Indonesia, Filipina dan Malaysia dapat segera diimplementasikan.
Pertemuan antara menteri pertahanan ketiga negara itu merupakan satu turunan dari pertemuan trilateral yang sudah dilakukan di Yogyakarta pada 5 Mei lalu.
Saat pertemuan 5 Mei yang lalu presiden juga sudah memberikan arahan mengenai pentingnya mempererat kerja sama untuk menjaga keamanan di Perairan Sulu dan sekitarnya. Kemudian ketiga pihak menyiapkan apa yang dinamakan framework agreement untuk pengamanan Perairan Sulu dan sekitarnya.
"Framework agreement ini kan sudah ditandatangani pada 14 juli. Untuk memperkuat lagi, maka Menteri Pertahanan ketiga negara berkumpul kembali dan mengahasilkan enam butir. Jadi framework agreement dulu adalah empat, kemudian untuk yang kemarin (Selasa 2 Agustus) ada enam butir yang dihasilkan," ujar Menlu Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (3/8/2016).
Adapun enam hasil pertemuan trilateral itu antara lain: 1. Patroli bersama, 2. Bantuan darurat, 3. berbagi informasi intelijen, 4. Pembentukan hotline komunikasi, 5. Mengadakan latihan bersama dan 6. Sistem identifikasi otomatis.
"Kalau kita lihat ada perkuatan dua butir apa yang sudah kita sepakati di 14 Juli. Perkuatannya itu ada di poin lima dan enam. Kita harapkan kesepakatan yang dihasilkan oleh para menteri pertahanan itu, maka enam kerja sama ini dapat segera diimplementasikan," tegas Menlu Retno.
"Karena sangat penting sekali kerja sama konkret di lapangan dapat segera dilakukan untuk menghindari terjadinya penculikan sandera dan pengambilan sandera di masa yang akan datang. Jadi intinya itu," pungkas mantan Duta Besar Belanda untuk Indonesia tersebut.
Komitmen pemerintah untuk bebaskan sandera
Sementara mengenai sandera WNI yang saat ini masih disandera oleh kelompok bersenjata di Filipina, Menlu menjelaskan bahwa komunikasi masih terus dijalin. Presiden pun sudah dijelaskan mengenai 10 WNI yang disandera oleh kelompok bersenjata itu.
"Komunikasi kita jalin terus dan kemarin kita juga sudah bicara dengan keluarga. Kita yakinkan kepada keluarga, komitmen pemerintah untuk sesegera mungkin dapat membebaskan. Tapi tentunya stuasi lapangan dari waktu ke waktu tidak sama," lanjut Menlu Retno.
"Kesulitan di lapangan juga tidak sama. Kesulitan-kesulitan di lapangan saya kira tidak pada tempatnya apabila ini disampaikan kepada pihak keluarga. Bagi pihak keluarga, yang perlu kita tekankan adalah komitmen pemerintah untuk berusaha sekuat tenaga membebaskan para sandera tersebut dan kita tekankan pada keluarga bahwa prioritas adalah keselamatan para sandera," ucapnya.
Menlu menambahkan bahwa suasana di lapangan hingga tadi malam, masih sangat dinamis dan ini memerlukan pendekatan hati-hati. Seperti yang diutarakannya beberapa kali, bahwa keselamatan warga negara kita merupakan prioritas utama.
Sementara kondisi WNI yang disandera tersebut dalam kondisi sehat. Dengan pembentukan crisis center, diharapkan masalah yang dihadapi oleh WNI di luar negeri bisa diatasi dengan komprehensif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News