Awalnya, Juche dianggap sebagai varian dari Marxisme-Leninisme atau komunisme, namun pada 1970-an Kim Jong Il menegaskan bahwa Juche adalah ideologi yang berbeda.
Kim Jong Il lebih lanjut mengembangkan Juche pada 1980-an dan 1990-an, memperjelas perbedaannya dengan Marxisme-Leninisme dan menekankan pentingnya gagasan ayahnya, Kim Il Sung. Berikut ideologi Korea Utara.
Asal Mula Juche

Gambar: Lambang Partai Pekerja Korea (WPK) dengan simbol Juche.
Kim Il Sung pertama kali memperkenalkan konsep Juche pada tahun 1955 dalam pidato berjudul "On Eliminating Dogmatism and Formalism and Establishing Juche in Ideological Work".
Dalam pidatonya, Kim menekankan pentingnya menghindari peniruan buta terhadap ideologi luar dan menyesuaikan teori revolusioner dengan kondisi khas Korea.
Juche kemudian berkembang menjadi dasar bagi politik dan pemerintahan Korea Utara, dengan fokus pada kemandirian dan kekuatan nasional.
Prinsip-Prinsip Utama Juche
Juche didasarkan pada tiga prinsip utama:1. Kemandirian Politik (Jaju): Negara harus menjaga kemerdekaan politiknya dan tidak tunduk pada tekanan atau intervensi asing. Setiap negara memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan eksternal.
2. Kemandirian Ekonomi (Jarip): Untuk mencapai kemandirian politik, ekonomi negara harus kuat dan mandiri. Kim Il Sung berpendapat bahwa ketergantungan yang berlebihan pada bantuan asing akan melemahkan kemampuan negara untuk membangun sosialisme.
Oleh karena itu, pembangunan ekonomi yang mandiri, terutama industri berat, sangat ditekankan.
3. Kemandirian Militer (Jawi): Untuk mempertahankan kemerdekaan politik, suatu negara harus memiliki kekuatan militer yang cukup untuk melindungi diri dari ancaman luar.
Ini mencakup pengembangan industri pertahanan dalam negeri agar tidak bergantung pada pemasok senjata asing.
Menjadi Cult of Personality
Juche menjadi dasar dari semua aspek kehidupan di Korea Utara, mulai dari kebijakan ekonomi hingga militer.Pada tahun 1970-an, kesetiaan terhadap pemimpin menjadi bagian esensial dari Juche, yang tercermin dalam Sepuluh Prinsip untuk Pembentukan Sistem Ideologi Monolitik yang dipegang teguh oleh rakyat Korea Utara.
Pada tahun 2013, sepuluh prinsip itu dikembangkan untuk menekankan kesetiaan kepada Kim Il Sung dan Kim Jong Il dipandang sebagai hal yang penting untuk keberhasilan negara, berikut 10 prinsip tersebut:
1. Memberikan seluruh upaya untuk menyatukan masyarakat dengan Kimilsungisme dan Kimjongilisme.
2. Menghormati Kim Il Sung dan Kim Jong Il sebagai pemimpin abadi serta simbol Juche.
3. Membela secara total otoritas Kim Il Sung, Kim Jong Il, dan Partai Pekerja.
4. Memegang teguh ide-ide revolusioner dan kebijakan yang diterapkan oleh para pemimpin.
5. Mematuhi instruksi dari Kim Il Sung dan Kim Jong Il tanpa syarat.
6. Menguatkan ideologi dan semangat Partai dengan fokus pada Pemimpin.
7. Mencontoh metode kerja revolusioner Kim Il Sung dan Kim Jong Il.
8. Menghargai kehidupan politik yang diberikan oleh Partai dengan kontribusi nyata.
9. Menjaga peraturan organisasi agar Partai dan bangsa bersatu di bawah satu komando.
10. Mewariskan pencapaian revolusi Juche dan Songun dari generasi ke generasi
Pada tahun 1997, Korea Utara bahkan mengadopsi kalender Juche yang dimulai dari tahun kelahiran Kim Il Sung, yaitu 1912. Sebagai contoh, tahun 2024 disebut sebagai Juche 113.
Kritik Terhadap Juche
Ideologi Juche sering dikritik sebagai bentuk nasionalisme ekstrem atau bahkan fasisme yang menyimpang dari Marxisme-Leninisme. Beberapa pengamat menyebut Juche sebagai agama semu karena sifatnya yang sangat mengagungkan pemimpin.Juche juga dipandang sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan dinasti Kim, dengan membangun kultus individu yang kuat di sekitar Kim Il Sung dan penerusnya.
Juche secara tidak langsung dikritik pada pidato pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev pada tahun 1956, yang mengecam kultus kepribadian dalam gerakan komunisme.
Di Korea Utara, beberapa faksi di Partai Pekerja sempat mencoba mengkritik Kim Il Sung dengan alasan bahwa ia mengembangkan kultus individu dan menyimpang dari prinsip-prinsip kepemimpinan kolektif ala Lenin.
Kritik tersebut menyatakan bahwa Kim Il Sung melakukan penangkapan dan eksekusi sewenang-wenang serta penyimpangan terhadap legalitas sosialisme.
Namun, upaya untuk menghapus Kim Il Sung dari kekuasaan tidak berhasil, dan kultus kepribadian di Korea Utara malah semakin mengakar.
Meskipun Korea Utara sering kali menekankan kemandirian, kenyataannya negara ini tetap bergantung pada bantuan asing, terutama selama krisis ekonomi pada 1990-an.
Hal ini menunjukkan adanya kontradiksi antara prinsip kemandirian yang ditekankan oleh Juche dan kenyataan yang terjadi.
Juche adalah ideologi yang menekankan kemandirian total dalam politik, ekonomi, dan militer. Dikembangkan oleh Kim Il Sung dan diteruskan oleh Kim Jong Il, Juche menjadi pilar utama dalam kebijakan dan pemerintahan Korea Utara.
Namun, ideologi ini juga melibatkan kultus kepribadian yang kuat terhadap para pemimpin, di mana Kim Il Sung dan Kim Jong Il dipuja sebagai pemimpin abadi.
Meskipun banyak dikritik karena sifatnya yang otoriter dan membangun kultus individu, Juche tetap menjadi dasar yang digunakan pemerintah Korea Utara untuk menjaga stabilitas dan kontrol terhadap rakyatnya.
Baca Juga:
Kim Jong-un Perintahkan Produksi Massal Drone Tempur untuk ‘Perang’ dengan Korsel
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News