Isnilon Hapilon dinyatakan sebagai emir kelompok teror itu di Asia Tenggara. Sementara, Omar Maute adalah pemimpin militan Maute yang telah berafiliasi kepada ISIS dan menyerang Marawi.
Dikutip dari Inquirer, Senin 16 Oktober 2017, Hapilon dan Maute memimpin penyerbuan Marawi pada Mei lalu dan memaksa ratusan penduduknya melarikan diri.
Status darurat pun diberlakukan Presiden Rodrigo Duterte selama dua bulan penuh.
Konflik Marawi telah memakan korban jiwa sedikitnya 147 tentara dan 45 warga sipil. Selama bentrokan berlangsung pun militer disebut membunuh sekitar 600 militan ISIS.
Para militan terus bertahan di tengah pengeboman pemerintah Filipina yang juga didukung Amerika Serikat. Kota Marawi hancur berantakan, mirip dengan beberapa wilayah di Suriah dan Irak.
Sejumlah pesawat jet tempur FA-50 milik Filipina terbang di atas Marawi hari ini, sementara pasukan darat bergerak dari rumah ke rumah untuk melumpuhkan para militan. Area operasi di Marawi kini menyusut hingga hanya dua hektare.
Pekan lalu, militer Filipina menetapkan target 15 Oktober untuk mengakhiri pertempuran di Marawi. Duterte juga mengatakan pertempuran di Marawi "hampir usai."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News