Namun, peneliti dari LIPI, Nanto Sriyanto, mengungkapkan bahwa isu maritim tak keluar dalam debat capres ini. Sedangkan, Presiden Jokowi pernah menyebut akan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
"Tapi masih disinggung soal penjagaan ketat batas-batas Indonesia di Natuna dan Morotai, itu bisa disebut pengakuan kita melakukan antisipasi di titik-titik konflik kawasan," kata Nanto, di Jakarta, Senin 1 April 2019.
Ia menambahkan, permasalahan maritim masih menjadi salah satu masalah inti di komunitas internasional. Sejumlah konflik diyakini pasti akan selalu muncul, terutama di bidang kemaritiman. Sebagai contoh, sebut Nanto, bahwa Laut China Selatan masih menjadi isu panas hingga saat ini.
“Pertanyaan bagaimana Indonesia bisa menghadapi kekuatan besar di kawasan tidak dibahas, dan juga di Samudra Hindia yang akan jadi ajang kekuatan besar,” ungkap dia.
Selain itu, Nanto menilai Presiden Jokowi lebih menekankan ke dalam isu investasi dengan negara-negara lain. Hal ini juga menjadi acuan Presiden Jokowi ketika Prabowo mengatakan bahwa Indonesia tidak dihormati oleh negara lain.
"Jokowi menyebutkan proses cepat dan lambat yang dikaitkan dengan investasi. Saya rasa, ini yang akan didorong Jokowi jika terpilih kembali, yaitu investasi dengan dunia internasional,” ungkapnya.
Kendati demikian, Nanto masih mempertanyakan bagaimana alokasi sumber daya Indonesia yang masuk ke pasar Afrika. Sedangkan, di Afrika sudah ada Tiongkok yang sudah 'masuk' sejak lama.
Baca: Jokowi Tekankan Pembangunan Poros Maritim Diperkuat
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News