Pernyataan ini disampaikan beberapa pekan jelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un.
Kantor berita Korut, KCNA, mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan klaim tersebut merupakan 'upaya berbahaya' untuk merusak upaya perdamaian yang tengah berkembang di Semenanjung Korea.
"AS tentu memprovokasi Korut disaat perdamaian di Semenanjung Korea hampir dicapai. Kita sudah bergerak untuk mencapai rekonsiliasi dan perdamaian," ujar juru bicara Kemenlu Korut, seperti dilansir dari laman CBS, Senin 7 Mei 2018.
Menurut Pyongyang, Kim Jong-un sendiri yang berinisiatif untuk melakukan dialog perdamaian tersebut.
Akhir pekan kemarin, Trump dan para pejabat Korut mengatakan bahwa kebijakan sanksi politik dan ekonomi yang dikeluarkan AS berhasil 'menundukkan' Korut.
Korut sendiri akhirnya melunak untuk melakukan dialog mengenai denuklirisasi. Pada akhir bulan lalu, Kim menemui Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan membahas mengenai perdamaian antara dua Korea.
Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan, termasuk perdamaian dua Korea.
Sementara itu, Trump mengonfirmasi bahwa tanggal dan tempat untuk pertemuan dengan Kim sudah ditetapkan. Sesuai perkiraan awal, Gedung Putih menyebut pertemuan dapat berlangsung pada bulan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News