"Bebaskan teman kami," teriak para pedemo, dikutip dari BBC, Kamis, 15 Oktober 2020.
Sekitar 40 aktivis demokrasi Thailand ditahan pekan ini. Penangkapan untuk meredam aksi antipemerintah yang menargetkan Raja Thailand, Maha Vajiralongkorn, dan Perdana Menteri, Prayuth Chan-o-cha.
Polisi Thailand mencoba membubarkan aksi para demonstran. Namun, pedemo pindah ke salah satu distrik bisnis tersibuk di Thailand, Ratchaprasong.
Demo antipemerintah dan kerajaan telah berlangsung selama kurang lebih tiga bulan. Para pedemo menuntut reformasi kerajaan dan pengunduran diri perdana menteri.
(Baca: Thailand Tangkap Para Petinggi Aktivis Anti Pemerintah)
Aksi demo yang damai memanas usai massa pro-demokrasi bentrok dengan polisi, Rabu, 14 Oktober 2020. Massa mencoba mendekati iring-iringan kendaraan yang membawa Ratu Suthida, namun dihalangi polisi.
Pemerintah Thailand mengumumkan dekrit darurat untuk menangani pengunjuk rasa di Bangkok. Para pedemo telah mendirikan kemah di luar kantor perdana menteri dan menghalangi iring-iringan mobil kerajaan.
"Karena tampaknya banyak kelompok orang telah mengundang dan menghasut pertemuan publik ilegal di Bangkok dan bertindak menghalang-halangi iring-iringan mobil kerajaan dan melakukan tindakan keras yang memengaruhi keamanan nasional,” dikutip dari pernyataan pemerintah Thailand.
Pemerintah Thailand ingin segera mengakhiri tindakan itu secara efektif dan cepat. Hal ini disebut untuk menjaga perdamaian dan ketertiban.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News