medcom.id, Jakarta: Anak buah kapal warga negara Indonesia (WNI) masih hilang di Taiwan. Pemerintah Taiwan berkomitmen untuk melakukan operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) selama dua bulan.
Sebelumnya, 21 WNI ABK tersebut dilaporkan hilang pada 26 Februari 2015, tetapi Pemerintah Indonesia baru diinformasikan oleh pihak Taiwan pada 9 Maret 2015. Hal ini membuat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kecewa terhadap pihak Taiwan. Taiwan sudah mengaku kesalahannya dan meminta maaf.
"Mereka menyampaikan komitmen untuk SAR selama dua bulan. Mereka (Taiwan) memerintahkan perwakilan di Argentina, kapal Taiwan semuanya disuruh mencari," ujar Plt Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Lalu Muhammad Iqbal, di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat (13/3/2015).
"Argentina sudah menyerahkan kapal dengan personel 400 orang. Amerika Serikat sudah melakukan pencarian melalu teknologi satelit untuk SAR," lanjutnya.
Sementara untuk hak-hak WNI, pihak Kemenlu sudah melakukan rapat dengan para agen dari ABK WNI tersebut. Mereka membuat pernyataan tertulis untuk memenuhi hak-hak para WNI.
"Kita akan antisipasi kemungkinan terburuk. Hari ini BNP2TKI sudah menemui keluarga, sekarang dari Polda mengambil contoh DNA dari keluarga. Yang kita sudah tahu agennya 20, sudah confirm. Paling banyak dari wilayah Jawa. Agennya enam, harusnya tujuh. Kita belum dapat agen untuk yang satu ini," tuturnya.
Sementara untuk asuransiya, Kemenlu sudah mendapatkan kesepakatan tertulis. Ini disebabkan karena asuransi bermacam-macam pendekatannya.
"Dalam kapal Taiwan ada 11 orang Tiongkok, mereka pasti terlibat. Dari KBRI Beijing sudah minta terlibat. Angkanya (asuransi) cukup memadai, ini dari Indonesia kita akan mengupayakan dari pemilik kapal. Maunya kita setinggi-tinggnya," tegasnya.
Kapal Hsiang Fu Chun sudah hilang sejak 26 Februari 2015, tetapi Taiwan baru memberitahu pihak Indonesia pekan lalu.
Menurut data satelit, posisi terakhir kapal berada sekitar 3.148 kilometer dari Kepulauan Falkland. Hsiang Fu Chun membawa seorang kapten dan kepala teknisi asal Taiwan serta 11 kru asal Tiongkok, 21 WNI, 13 Filipina dan dua Vietnam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News