Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertemu dengan Menlu Latvia, Edgars Rinkevics, di Jakarta, Jumat, 19 Juli 2019. Foto: Medcom.id/Marcheilla Ariesta.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertemu dengan Menlu Latvia, Edgars Rinkevics, di Jakarta, Jumat, 19 Juli 2019. Foto: Medcom.id/Marcheilla Ariesta.

Separuh Perdagangan RI-Latvia Didominasi Produk Sawit

Marcheilla Ariesta • 19 Juli 2019 14:04
Jakarta: Sawit menjadi salah satu pembahasan penting antara Indonesia dan Latvia. Pasalnya, separuh perdagangan kedua negara didominasi produk sawit.
 
"Menarik bahwa 50 persen ekspor kita yang (nilainya) terus naik itu isinya minyak sawit," tutur Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai bertemu dengan Menlu Latvia, Edgars Rinkevics, di Jakarta, Jumat, 19 Juli 2019.
 
Nilai ekspor Indonesia ke Latvia pada 2016 sekitar USD49,5 juta atau setara Rp688,8 miliar, di mana separuhnya atau sekitar USD25 juta adalah sawit.

Tren positif ini terus berlanjut pada 2018. Nilai ekspor Indonesia ke Latvia meningkat menjadi USD133,7 juta atau setara Rp1,8 triliun, sementara USD65 juta diantaranya adalah produk sawit.
 
Dengan tren ini, Indonesia mengajak Latvia untuk menghadapi kampanye negatif yang digalakkan Uni eropa terhadap sawit. Uni Eropa menganggap sawit tidak dikelola dengan prinsip-prinsip berkelanjutan dan berbasis pada lingkungan.
 
Kebijakan Delegated Act Uni Eropa dianggap telah mendiskriminasi minyak sawit dari jenis minyak nabati lainnya. Minyak sawit diklarifikasi sebagai sumber energi tak berkelanjutan dan termasuk dalam komoditas berisiko tinggi terhadap perusahan hutan.
 
Sementara itu, Indonesia bersama negara-negara produsen sawit lainnya, seperti Malaysia, yang tergabung dalam Dewan Negara Produsen Sawit (CPOPC) menganggap kebijakan Uni Eropa tersebut sebagai kampanye hitam untuk menyingkirkan sawit.
 
Retno juga menjelaskan bahwa ASEAN dan Uni Eropa telah sepakat membentuk kelompok kerja bersama untuk minyak nabati, yang akan berfokus pada diskusi mengenai pencapaian SDGs terutama pada pengentasan kemiskinan.
 
Sementara itu, Menlu Latvia menekankan pentingnya hubungan yang adil dan seimbang antara kedua negara.
 
"Kita semua tertarik untuk menangani isu perubahan iklim, tetapi kita juga memahami diperlukannya kerja lanjutan antara Uni Eropa dan ASEAN terhadap sejumlah isu, termasuk mengenai ekspor minyak sawit," pungkas Rinkevics.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan