Dikenal sebagai seseorang yang pendiam, Farhana Maute, 60 tahun, memiliki usaha properti di Mindanao dan Manila serta bisnis konstruksi.
Menghilang hampir dua tahun, keluarga Maute kini dikenal sebagai kelompok teroris yang cukup mematikan di Filipina Selatan dan mengaku telah berafiliasi dengan ISIS. Bulan lalu, pertempuran pecah di Marawi di mana terjadi bentrok antara tentara Filipina dan kelompok Maute, yang dibantu Abu Sayyaf.
Hingga saat ini sudah 48 jiwa tewas dalam serangan. Presiden Filipina Rodrigo Duterte pun menyebut apa yang dilakukan oleh kelompok militan ditujukan untuk membentuk kekhalifahan di Filipina. Kendaraan berisi prajurit marinir tampak masuk ke wilayah Marawi. Kota ini populasinya mencapai 200 ribu jiwa, dengan populasi Muslim terbesar.
Seperti diberitakan Reuters, Jumat 23 Juni 2017, dua anak dari Farhana Maute, yaitu Omarkhayam Maute dan Abdullah Maute dikabarkan telah dididik di Timur Tengah. Namun, tidak jelas kapan mereka berangkat ke Timur Tengah dan kembali ke Mindanao.
Disebutkan pula, Farhana Maute juga memiliki hubungan dengan mantan pemimpin Moro Islamic Liberation Front (MILF), kelompok pemberontak yang sebentar lagi akan mencapai kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina.
Keluarga Maute dikabarkan juga membuka sebuah kamp pelatihan untuk anggota MILF di Butig, wilayah yang dekat dengan Marawi dan Mindanao. Analis lain mengatakan, sebagian kekayaan Farhana Maute dialihkan ke kelompok militan ISIS.
Mohamad Ampuan, penduduk asli Marawi yang telah lama menetap di Manila mengatakan kepada Reuters bahwa ia mengenal Farhana Maute dan beberapa anaknya. Keluarga Maute dikenal sebagai keluarga Muslim yang religius. Namun, Ampuan tak melihat keluarga Maute lagi sejak 2010 silam.
"Farhana fasih berbahasa Arab dan Inggris. Keluarga Maute seperti keluarga kerajaan di Mindanao dan sekitarnya," ungkap Ampuan.
Joseph Franco, seorang peneliti dari Singapura yang sudah lama bekerja dengan beberapa panglima militer Filipina, mengatakan, awal tahun lalu keluarga Maute memang mendeklarasikan dirinya sebagai pengikut ISIS.
"Sebagai citra yang menakutkan, mereka menamai dirinya ISIS-Ranao," tuturnya. Ranao adalah nama lama untuk wilayah Lanao di Mindanao, di mana dekat dengan Marawi dan juga Butig.
Kepala Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Eduardo Ano, sempat menyebut bahwa kelompok Maute hanyalah kriminal biasa dan bukan bagian dari ISIS. "Mereka hanyalah sekelompok pembunuh bayaran, pemeras, dan bandit yang ingin dilihat sebagai ISIS," bebernya.
Namun, belakangan militer Filipina ikut meyakini afiliasi kelompok Maute dengan ISIS. Dalam hampir setiap penyerbuan ke markas kelompok ini, militer Filipina selalu mengaku menemukan atribut-atribut ISIS seperti poster, buku-buku jihad, hingga bendera ISIS.
Selain itu, militer di wilayah Lanao del Sur sempat menangkap beberapa orang yang diduga anggota Maute pada bulan lalu. Dalam penangkapan tersebut, mereka juga menemukan beberapa video pendek berisi penyataan sumpah setia anggota Maute kepada ISIS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News