"So far (saat ini), suara yang sudah kita galang sudah cukup, melebihi ambang batas dua per tiga dari suara yang perhitungannya harus dimiliki bila kita ingin menduduki kursi di DK PBB," ucapnya dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis 22 Februari 2018.
Dia mengatakan, kepercayaan diri yang timbul bisa dilihat dari rekam jejak Indonesia dalam perdamaian dunia. Salah satunya, masuk dalam 10 besar negara terbanyak yang mengirim pasukan perdamaian dunia.
Selain itu, Indonesia memiliki kredensial dan kompetensi yang cukup baik untuk menjadi anggota DK PBB.
"Sebagai catatan, rekam jejak kita bukan hanya dari tahun ini, kalau berhasil (jadi anggota DK PBB), ini adalah keanggotaan kita yang keempat kalinya. Jadi kita sudah membangun track record kita dalam keanggotaan tiga periode sebelumnya," imbuh dia.
Grata menambahkan, kepercayaaan tersebut juga dibaangun dengan kerja keras untuk menggalang dukungan ke sejumlah negara. Pemungutan suara untuk keanggotaan tidak tetap DK PBB periode 2019-2020 akan dilakukan pada Juni nanti.
"Pada Juni nanti akan ada pemilihan, bukan saja untuk Asia Pasifik, yaitu Indonesia dan Maladewa, namun juga pada saat yang sama ada pemilihan dari negara Eropa barat dan grup lain, yaitu Belgia, Jerman dan Israel. Lalu kawasan Amerika Latin, yaitu Argentina dan Republik Dominika. Dari kawasan Afrika, ada Afrika Selatan dan Namibia," terang Grata.
Indonesia pernah menjadi anggota tidak tetap DK PBB pada periode 1973-1974, 1995-1996, dan 2007-2008. Anggota tidak tetap dipilih berdasarkan beberapa blok regional. Untuk terpilih, kandidat harus mendapatkan suara dari dua per tiga anggota.
Sementara itu, Maladewa, yang menjadi rival Indonesia di pencalonan keanggotaan DK PBB ini, belum pernah menjadi anggota tidak tetap DK PBB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News