Sumber daya alam melimpah dan situasi demografi yang mendukung pertumbuhan ekonomi telah menciptakan daya tarik tersendiri kepada bagi negara-negara untuk berlomba-lomba mengembangkan kerja sama di berbagai bidang dengan negara di Afrika. Afrika kini tengah bangkit menjadi salah satu pendorong roda perekonomian di dunia, untuk itu Indonesia perlu memperkuat kemitraan dengan Afrika.
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan kawasan Uni Eropa telah lama menjalin kemitraan dengan kawasan Afrika. Sementara itu, negara di Asia juga telah membuat banyak forum kerja sama yang serupa, Republik Rakyat Tiongkok misalnya telah membentuk forum China-Africa Cooperation (FOCAC). Sementara Jepang juga telah memiliki forum Africa-Japan Business Investment Forum sebagai bagian dari proses Tokyo International Conference on Africa Development (TIDAC) untuk mengkonsolidasi kelompok bisnis Jepang dengan berbagai pihak di Afrika.
Begitu juga India, Korea Selatan, Turki, Malaysia dan Vietnam yang juga turut serta menjangkau Afrika dalam cakupan politik dan ekonomi internasionalnya.
Di lain pihak, Indonesia yang memiliki sejarah panjang dalam hubungan dengan kawasan Afrika belum dapat merealisasikan kedekatan di sana. Padahal sesungguhnya, Indonesia memiliki modal yang cukup kuat setelah penyelenggaraan KAA yang diselenggarakan pada 1955. Saat itu, Indonesia banyak menikmati keuntungan politis dari jalinan hubungan dengan Afrika karena KAA menjadi salah satu peristiwa bersejarah dalam hubungan antar negara dan peranan Tanah Air telah diakui oleh banyak pihak.
Arti penting penguatan kerja sama Indonesia dengan Afrika ini dibahas dalam Foreign Policy Lecture bartajuk "Africa Rising: Putting Indonesia Into the Equation". Acara ini diselenggarakan Kementerian Luar Negeri RI sebagai wadah bertukar pikiran bagi para pemangku kepentingan terkait termasuk para pakar akademisi untuk merumuskan rekomendasi kebijakan luar negeri Indonesia.
"Indonesia dan Afrika selalu terikat oleh semangat persaudaraan yang abadi, mari kita ubah semangat tersebut menjadi kemitraan konkret dengan manfaat yang nyata bagi masyarakat Tanah Air dan Afrika. Foreign Policy Lecture ini dapat menjadi ajang untuk merumuskan bagaimana kemitraan yang konkret tersebut dapat diwujudkan," kata Duta Besar Salman Al Farisi, Kepala BPPK Kemlu dalam pidato pembukaannya di Gedung Nusantara, Kemenlu, Jakarta, (25/01/2016).
Acara ini menghadirkan narasumber utama Dr. Greg Mills selaku Direktur Brenthurst Foundation dari Afrika Selatan. Selain merupakan pakar Afrika yang diakui secara internasional, Mills juga seorang penulis buku best seller yang tulisannya kerap menghiasi media international. Acara ini turut mengemukakan potensi pengembangan kerja sama dengan Afrika serta upaya yang perlu Indonesia tempuh untuk merealisasikannya. (Nabila Gita)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News