Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel (KCDC) mengklaim tambahan data ini merupakan yang terkecil dalam empat hari terakhir di Negeri Gingseng.
"Sekarang ada 893 kasus. Satu tambahan pasien dinyatakan meninggal, sehingga total kematian mencapai delapan orang," ucap pernyataan KCDC, dilansir dari AFP.
Lonjakan kasus korona di Korsel dikait-kaitkan dengan sekelompok anggota grup keagamaan di kota Daegu. Sebagian besar kasus korona di Korsel terkait dengan gereja Shincheonji Church of Jesus di kota tersebut.
Minggu kemarin, Presiden Korsel Moon Jae-in menaikkan status siaga virus korona ke level tertinggi. Penaikan status dinilai perlu untuk memperkuat respons pemerintah dalam menanggulangi COVID-19.
Pemerintah Korsel juga telah memperpanjang liburan sekolah hingga sepekan ke depan. Selain itu, Seoul juga memperketat penjagaan di setiap titik masuk, termasuk bagi mereka yang datang dari Tiongkok.
"Pemerintah menaikkan status siaga ke level tertinggi berdasarkan rekomendasi para pakar," ucap Moon.
Sementara itu, seluruh warga negara Indonesia (WNI) di Korsel dilaporkan dalam kondisi baik.
"Pekerja Migran Indonesia di Korea Selatan, Alhamdulillah dalam keadaan baik. KBRI Seoul telah menyampaikan imbauan kepada warga kita, dan selalu diperbarui dari waktu ke waktu," kata Koordinator Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Seoul Prianto Mawardi kepada Medcom.id.
Prianto mengatakan, KBRI Seoul juga siap jika nanti harus mengevakuasi para WNI. Meski demikian, kata Prianto, pihaknya akan selalu berkoordinasi dengan pemerintah setempat.
Hingga saat ini, angka kematian akibat korona COVID-19 di level global telah melampaui 2.600. Sementara jumlah kasusnya mendekati 80 ribu, dengan total pasien sembuh menyentuh angka 25.314.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News