Dalam kemitraan yang dikenal dengan nama Kemitraan Jasa Ilmu Cuaca dan Iklim Asia Tenggara ini, para ilmuwan Indonesia akan bekerja sama dengan para ilmuwan dari negara lainnya untuk memahami penyebab-penyebab cuaca ekstrem, meningkatkan ketepatan dan keandalan model-model cuaca dan iklim, juga memperbaiki sistem-sistem peringatan dini.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kesiapannya dapat bergabung dan menjadi tuan rumah dalam proyek ini.
Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam malik menyatakan bahwa para ilmuwan Inggris akan senang hati berbagi pengalaman kepada negara-negara di Asia Tenggara.
"Setiap tahun jutaan orang Indonesia terkena dampak cuaca ekstrem. Risiko-risiko yang dihadapi terus bertambah akibat perubahan iklim. Bekerja sama dan memadukan keahlian-keahlian yang dimiliki, kita dapat membantu memperkirakan dan menangani dampak-dampak perubahan cuaca dan iklim," kata Dubes Moazzam, dalam keterangan tertulis dari Kedutaan Besar Inggris di Jakarta kepada Medcom.id, Kamis 21 Juni 2018.
"Saya senang bahwa Indonesia turut serta dalam kemitraan di kawasan ini dan membawa keahlian, pengetahuan dan sumber-sumber yang dimiliki bersama para ilmuwan dari Inggris, Malaysia dan Filipina," lanjut dia.
Kemitraan ini akan membantu menyediakan ilmu yang mumpuni tentang cuaca dan iklim yang kita perlukan untuk melindungi kehidupan dan mata pencaharian juga untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh cuaca ekstrem.
Kemitraan antara Inggris, Malaysia dan Filipina dimulai pada tahun 2017. Sekarang Indonesia turut serta sebagai negara anggota keempat dan kemitraan ini akan berlangsung selama tiga tahun dengan kemungkinan diperpanjang selama satu tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News