Mahendra mengatakan strategi saat ini sudah tidak dapat lagi mengikuti gaya masa lalu, yang relatif terbatas pada aspek-aspek spesifik.
"(Strategi diplomasi ekonomi) ke depan akan lebih strategis dan luas karena kondisi perekonomian global terus berubah," kata Mahendra dalam salah satu diskusi di Conference on Indonesia Foreign Policy (CIFP) 2019 di The Kasablanka, Jakarta, Sabtu 30 November 2019.
"Jadi memang penajamannya lebih ke aspek strategisnya dan kemudian ada nuansa yang lebih berbeda dibanding sebelumnya. Ini karena kondisi ekonomi kita yang berbeda," terangnya.
Penerapan strategi ini dapat dilakukan terhadap urusan ekspor. Saat mengekspor komoditas dalam negeri, sebut Mahendra, Indonesia terlebih dahulu perlu menentukan dengan tepat negara tujuan.
Penetapan negara tujuan disebut Mahendra perlu dilakukan karena pertumbuhan perekonomian global saat ini rendah, dan "bahkan kondisi perdagangan internasional tidak tumbuh."
"Kita harus mampu tumbuh sehat bahkan saat kondisi perekonomian global penuh dengan tantangan," ungkap Mahendra.
Sebelumnya pada bulan lalu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menekankan reformasi birokrasi untuk melancarkan pokok-pokok prioritas politik luar negeri Indonesia 2019-2024, terutama untuk diplomasi ekonomi.
Menlu Retno menjelaskan bahwa merit system di Kemenlu RI sudah berjalan. Ia ingin ke depannya, para diplomat harus memahami diplomasi ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News