Menurut media Belanda, Nederlands Dagblad, Menlu Koenders berbicara dengan keluarga korban dari pembantaian yang terjadi pada 1947. Dia menyampaikan permintaan maaf secara pribadi di Desa Balongsari, Jumat 25 Maret.
"Tragedi itu adalah halaman hitam sejarah kedua bangsa. Kami telah mengakui kesalahan yang telah dibuat dan hal buruk telah terjadi," ujar Koenders, seperti dikutip Nederlands Dagblad, Jumat (25/3/2016).
"Pemerintah Belanda telah meminta maaf. Saya mengulangi kembali permintaan maaf dalam percakapan ini. Saya berharap bahwa hal itu juga memberikan kontribusi untuk rekonsiliasi," jelasnya.
Kunjungan Menlu Koenders kepada korban Pembantaian Rawagede dikonfirmasi oleh Juru Bicara Kedutaan Belanda di Jakarta Nico Schermers saat berbicara kepada Metrotvnews.com, melalui sambungan telepon.
"Memang benar Menlu Koenders melakukan kunjungan kepada korban Rawagede. Dia mengucapkan belasungkawa kepada janda dan korban pembantaian Rawagede. Menlu Koenders juga mengunjungi menomen pembantaian," tutur Schermers kepada metrotvnews.com.
Selama kurang lebih dua jam, Menlu Koenders melakukan pembicaraan internal dengan keluarga korban Rawagede. "Dia menyampaikan permintaan maaf atas peristiwa pembantaian yang terjadi," imbuh Schermers.
Pada 9 Desember 1947 sewaktu melancarkan agresi militer pertama, pasukan Belanda menyerbu wilayah Rawagede dan mencari pasukan Indonesia. Ketika melakukan interogasi, 431 penduduk Rawagede dibantai oleh pasukan Belanda.
Pada 4 Oktober 1948, tentara Belanda melancarkan pembersihan. Dalam peristiwa ini 35 orang penduduk Rawagede dibunuh tanpa alasan jelas. Pada 14 September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan Pemerintah Belanda harus bertanggung jawab dan membayar kompensasi bagi korban dan keluarganya. Keputusan itu mengejutkan banyak pihak di Negeri Tulip.
Ini adalah pertama kalinya bahwa seorang Menteri Belanda mengunjungi korban Rawagede. Permintaan resmi Pemerintah Belanda terhadap keluarga korban pembantaian itu, dilontarkan pada 2011 melalui Duta Besar Belanda untuk Indonesia saat itu, Tjeerd de Zwaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News