Jenderal Terrence J. O'Shaughnessy dari Pasukan Udara Pasifik mengatakan bahwa "Korut masih tetap menjadi ancaman paling nyata terhadap stabilitas kawasan."
"Diplomasi masih tetap diutamakan; namun kami memiliki tanggung jawab terhadap negara dan sekutu kami untuk menunjukkan komitmen tak tergoyahkan sembari merencanakan mengantisipasi skenario terburuk," ujar O'Shaughnessy, seperti dilansir NBC News, Sabtu 29 Juli 2017.
"Jika perintah (penyerangan) diserukan, kami siap merespons dengan kekuatan cepat, kuat dan dalam jumlah besar di lokasi mana pun sesuai arahan," lanjut dia.
Jumat kemarin, Korut meluncurkan ICBM keduanya yang terbang sejauh 1.000 kilometer, sebelum akhirnya jatuh di Laut Jepang.
Seorang pejabat militer Korsel menyebut jarak tempuh ICBM Korut kini telah bertambah sejak uji coba pertama. Organisasi Union of Concerned Scientists mengestimasi ICBM kedua Korut dapat "dengan mudah mencapai Pesisir Barat dan beberapa kota besar AS."
Korut telah melakukan lima uji coba nuklir sejak 2006, dua di antaranya tahun lalu. Sementara ICBM pertama diuji coba Korut awal bulan ini.
AS menegaskan penerbangan dua pesawat pengebom di Korsel adalah bentuk respons langsung terhadap peluncuran ICBM kedua Korut.
Sementara itu Presiden AS Donald Trump mengaku "sangat kecewa" terhadap China yang dianggap tidak berbuat apa-apa dalam menghentikan ambisi Korut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News