Menteri luar negeri Indonesia Retno Marsudi mulai mendatangi satu per satu negara di Benua Afrika. Mencari kerja sama strategis dengan negara-negara tersebut pun dilakukan dalam 'blusukan' ke sana.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir mengatakan, saat ini waktunya Indonesia melihat Afrika seperti 'Wakanda', bukan 'The Gods Must be Crazy'.
Dalam film besutan Marvel yang berjudul Black Panther, 'Wakanda' merupakan wilayah di Afrika yang sangat kaya dan maju, namun tertutup karena orang-orang tak menyadarinya. Sementara dalam film 'The Gods Must be Crazy' Afrika selalu digambarkan sebagai wilayah yang terbelakang.
Menggali potensi dengan mengubah pola pikir investor mengenai Afrika adalah salah satu cara Kemenlu untuk bekerja sama dengan negara-negara di sana. Salah satunya dengan mengadakan Indonesia-Afrika Forum 2018 (IAF 2018).
Diadakan di Bali pada 10 hingga 11 April 2018, forum tingkat menteri ini dihadiri sekitar 11 menteri atau setingkat menteri dari Afrika. Tak hanya itu, ada pula forum bisnis yang memudahkan para pengusah Afrika dan Indonesia saling bertemu.
Rencananya, Presiden Joko Widodo akan membuka acara IAF 2018 ini. Sesuai dengan perintah presiden, sudah saatnya Indonesia fokus pada pasar non-tradisional.
"Di bawah pemerintahan Joko Widodo, Indonesia membentuk IAF untuk mewujudkan kedekatan politik antara Indonesia dan kawasan Afrika yang dibangun sejak Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 menjadi kedekatan ekonomi yang nyata," ucap Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu Desra Percaya kepada Medcom.id, akhir bulan lalu.
"Selain itu, penyelenggaraan IAF juga merupakan implementasi dari arahan Presiden RI untuk fokus menembus pasar non-tradisional, seperti Afrika," imbuhnya.
Beberapa produk unggulan Indonesia telah merasakan besarnya potensi di Benua Hitam tersebut, sebut saja merek makanan instan, Indomie. Makanan instan ini sangat laku dijual di Afrika dan mereka sampai membuat pabrik besar di sana. Tujuannya, agar harga makanan tetap terjangkau tanpa perlu biaya tambahan dari impor dan lain sebagainya.
Sebanyak 550 orang yang berasal dari 53 negara di benua Afrika baik dari pemerintah maupun swasta diundang untuk menghadiri IAF 2018. Telah terdapat konfirmasi kehadiran pejabat tinggi dari beberapa negara di Afrika seperti Niger, Libya, Mozambik, Nigeria dan lain-lain untuk hadir pada IAF 2018.
Selain itu, diharapkan akan terdapat perwakilan pebisnis Afrika dan Indonesia yang turut hadir pada pertemuan tersebut. IAF akan menjadi pertemuan pertama kali dan diharapkan biss terus menerus dilakukan Indonesia dan Afrika agar semakin terjalin kerja sama untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara di Benua Hitam tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News