Mahathir Mohamad bertekad membaya Malaysia menjadi lebih baik (Foto: Medcom.id).
Mahathir Mohamad bertekad membaya Malaysia menjadi lebih baik (Foto: Medcom.id).

Tekad Mahathir Selamatkan Malaysia dari Najib Razak

Sonya Michaella • 10 Mei 2018 17:58
 Kuala Lumpur: Mahathir Mohamad bersama dengan koalisi Pakatan Harapan mendulang kemenangan besar dalam Pemilu Malaysia 2018. Mereka berhasil mematahkan kekuasaan Barisan Nasional yang sudah bertahan selama 60 tahun.
 
Di usia 92 tahun, tidak menyurutkan keinginan Mahathir untuk mengubah kondisi negaranya. Bahkan dia harus mengubur ego dengan bertemu dengan lawan politik di masa lalu, Anwar Ibrahim. Mahathir pun bergabung dengan koalisi Pakatan Harapan, yang didalamnya termasuk istri Anwar Ibrahim, Wan Azizah Wan Ismail.
 
Alhasil koalisi ini menang dengan angka signifikan dalam pemilu. Komisi Pemilu Malaysia (EC) menyebutkan Pakatan meraih 113 kursi parlemen. Tetapi dengan tambahan Parti Warisan delapan suara dan kandidat independen, membuat Pakatan Harapan meraih 122 kursi dan berhak membentuk pemerintahan yang kuat.
 
Medcom.id berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan sosok kharismatik ini pada 3 Februari 2018. Wawancara itu memaparkan hubungan Mahathir dengan Indonesia hingga rencananya untuk menyelamatkan Malaysia dari tangan Barisan Nasional yang dipimpin oleh Perdana Menteri Najib Razak.
 
Berikut wawancara lengkap Medcom.id bersama dengan Dr. Tun Mahathir Mohamad:
 
Selama 22 tahun memimpin Malaysia, bagaimana seluk beluk hubungan Malaysia dan Indonesia?
 
Hubungan sangat baik. Rata-rata sejak kemerdekaan, hubungan dua negara terjalin dengan sangat baik. Masa dengan Pak Harto, saya dan dia sangat dekat. Jadi, jika ada masalah, kita selalu berbicara dengan baik. Bahkan, masalah kecil kami bicarakan. Saya termasuk yang dekat dengan beliau. Di masa saya saat itu, tidak ada masalah besar antara kedua negara.
 
Perbedaannya dengan masa Tun M memerintah dan sekarang?
 
Sebenarnya tidak ada perbedaan. Maksud saya, tidak ada perbedaan di dalam masalah yang timbul. Hampir tidak ada masalah antara Malaysia dan Indonesia. Mungkin hanya salah pengertian kecil, itu biasa. Seperti saya panggil Dato Sri Najib Razak itu Bugis, maka Pak Jusuf Kalla tersinggung, tapi itu hanya kerikil kecil. Pemerintahan Malaysia yang sekarang, bagusnya terus mempertahankan hubungan dengan Indonesia untuk tetap baik. Tetapi ya keadaan dalam negeri Malaysia yang berubah mengikuti kepemimpinan yang ada.
 
Untuk hubungan ekonomi dua negara, di zaman Tun M dulu seperti apa?
 
Ekonomi Indonesia sekarang jauh lebih baik daripada Malaysia. Dulu ekonomi Malaysia tumbuh dengan pesat. Sekarang, ya walaupun angka ekonomi berjalan dengan baik, tetapi rakyat tidak sejahtera karena biaya hidup tinggi di sini. Tapi itu masalah dalam negeri kami. Untuk hubungan dengan Indonesia, memang terjalin dengan baik dan sekarang pun lebih besar.
 
Dari pandangan Tun M, apa yang bisa diperbuat Malaysia dan Indonesia untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang?
 
Kita ini satu rumpun bangsa. Malaysia dan Indonesia sama-sama tidak suka keributan, maka persaudaraan kita erat sekali. Ada sedikit salah paham, lalu berbaikan. Malaysia perlu Indonesia, seperti kakak. Kita harus selalu memupuk kesepahaman agar tidak ada konfrontasi seperti yang dulu-dulu.
 
Menurut Tun M, seperti apa kondisi Indonesia sekarang?
 
Di bidang politik dan ekonomi. Demokrasi sangat berjalan dengan baik. Saya yakin warga Indonesia tahu betul apa itu demokrasi. Ini adalah faktor yang sangat penting. Demokrasi itu sistem yang sulit, menurut saya.
 
Saya mendapati Indonesia dapat menjalankan proses pemilu dengan sangat baik. Dengan 17 ribu pulau dan ratusan juta rakyat, tidak mudah memimpin negeri ini. Jika dibanding dengan Malaysia yang hanya berpenduduk 30 juta, kami tentu bisa menyelesaikan masalah dan bertindak dengan cepat.
 
Lihat video:
 

 

Apa yang membuat Tun M akhirnya memutuskan untuk keluar dari UMNO?
 
Saya mendapati kepemimpinan pemerintah dan UMNO ini sudah tidak seperti dulu. Pegangannya sudah tidak ke demokrasi tapi ke otokrasi. Rakyat tidak bisa menentang, ada kontrol kepada media, dan ada tindakan yang bertentangan dengan Undang-Undang serta tidak ada respek dengan hukum. Malaysia kehilangan uang dan kita dapat PM Najib memiliki uang yang banyak di rekening pribadinya. Saya tahu pemerintahan sekarang tidak disukai oleh rakyat. Perlu ditukar dengan pemerintahan baru.
 
Bagaimana kondisi politik dan ekonomi Malaysia di bawah kepempinan PM Najib Razak?
 
Politik sangat tidak baik. Banyak sekali masalah, terutama di partai lawan. Lawan disekat. Ada yang membuat berita soal kerajaan jelek, ditangkap. Dulu tidak ada seperti itu. Sekarang rakyat tidak boleh bersuara. Kita semua merasa tertekan dan tidak senang. Walaupun ekonomi tumbuh pesat, tetapi rakyat tidak mendapatkan nikmat itu. Pengangguran tinggi. Lulusan universitas sulit mendapatkan pekerjaan. Ini keadaan kami sekarang dan rakyat meminta perubahan.
 
Tun M akan maju lagi di pemilihan PM. Apa yang membuat Anda ingin menjadi PM kembali?
 
Sebenarnya saya tak ingin masuk ke politik lagi. Namun, setelah saya lepas jabatan, banyak yang menemui saya dan memberitahu bahwa pemerintah ini sudah menyeleweng. Mereka minta saya berbuat sesuatu, dan, ya, akhirnya saya meninggalkan UMNO.
 
Banyak skandal yang terjadi yang berkaitan dengan uang dan utang. Saya tidak boleh lagi ada di partai itu. Saya keluar supaya saya bisa berbuat sesuatu dan menyingkirkan PM Najib. Partai yang dulu saya lawan kini meminta saya untuk menurunkan PM Najib. Saya dulu memang musuh mereka, tetapi kami sekarang bersatu untuk melawan PM.
 
Ada tanggapan dari lawan-lawan Tun M dulu ketika Tun memutuskan untuk bersatu dengan oposisi?
 
Mereka mengakui memang pemerintahan saya dulu juga tidak sempurna. Tetapi masalah yang ditimbulkan PM Najib ini sangat besar dan ia perlu disingkirkan. Jadi, kami lupakan masalah lalu dan bersatu untuk jatuhkan PM Najib. Mereka sanggup dan memilih saya untuk memimpin.
 
Berada di kubu oposisi, apa yang Tun M tawarkan untuk membuat Malaysia lebih baik dari sekarang?
 
Jika kami menang, kami bisa bangun Malaysia seperti dulu. Kami ada program untuk mengembalikan Malaysia dengan landasan yang lama dan sistem pemerintahan yang rakyat suka. Dan mungkin ada peraturan jabatan PM hanya boleh dua periode, tidak lebih dari itu.
 
Dan kami ingin adanya keseimbangan dari legislatif, subjektif dan yudisial. Kami yakin bahwa kami bisa mengobati penyakit yang dibawa oleh PM Najib. Mereka berpendapat bahwa saya berpengalaman, jadi saya bisa membantu pemulihan negara ini.
 
Apa harapan Tun M untuk pemilihan PM tahun ini?
 
Harapan saya tentu kami bisa menang. Tapi saya khawatir bahwa PM Najib menghalalkan segala cara untuk menggagalkan kami dengan uang. Dia bisa menyuap pemilih, media, atau apapun itu untuk mendulang suara yang banyak dan menggagalkan lawan.
 
Dulu Tun M mendukung PM Najib, sebenarnya PM Najib ini sosok yang seperti apa?
 
Saya dapati perlakuannya tidak baik untuk negara. Ia pernah membangun serikat 1MDB yang menghabiskan miliaran ringgit, tetapi sekarang serikat ini sudah tidak ada. Lalu dia utang lagi dan utang lagi sampai menumpuk. Ada pula RM55 miliar untuk membangun jalur kereta api di pantai timur, padahal saya tahu persis bahwa di sana itu tidak bisa dibangun jalur kereta api. Dia juga banyak menjual tanah untuk asing, jadi mereka datang ke Malaysia dan menyingkirkan warga kita sendiri.
 
Bergabung dengan oposisi, bagaimana hubungan Tun M dengan Anwar Ibrahim?
 
Ya, dulu memang kami bermusuhan. Dulu saya pecat dia dari Wakil PM dan dia membangun partai oposisi yang melawan saya. Kami punya masa lalu yang buruk, tetapi tidak sebanding apa yang dilakukan Najib. Kami bersatu untuk utamakan penyingkiran Najib. Anwar juga sokong pencalonan saya menjadi PM. Kali ini dia terima saya untuk menjadi kandidat PM dan bekerja sama untuk rakyat.
 
Tanggapan Anwar ketika Tun M mengajak rujuk?
 
Kami pernah bertemu di Mahkamah dan kami bersalaman. Perkara lama itu kami tidak sebut sedikitpun. Sebaliknya, kami berusaha untuk menyingkirkan PM Najib. Nanti selepas dia dibebaskan dan dia layak jadi PM, boleh pilih Anwar Ibrahim.
 
Saya sempat berbincang dengan beberapa warga Malaysia dan mereka masih berharap Tun M menjadi PM. Apa tanggapan Tun M?
 
Mereka kenal saya. Semasa saya jadi PM memang Malaysia berubah dan maju. Mungkin mereka merasakan saat itu dan mereka mendapat kemudahan saat saya menjabat. Ramai beasiswa untuk belajar dan ramai perniagaan, perdagangan. Jadi, mungkin itu yang membuat saya masih di hati mereka.


Lihat video:
 
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan