Abu Sayyaf, grup penculik yang telah mendeklarasikan kesetiaan kepada Islamic State (ISIS), memenggal Jurgen Kantner, 70, setelah tenggat waktu pembayaran uang tebusan sebesar USD600 ribu.
Jasad Kantner ditemukan di markas terpencil Abu Sayyaf di Sulu, sekitar 1.000 kilometer dari Manila, pada Sabtu 4 Maret 2017 malam waktu setempat.
"Pasukan bersenjata Filipina menunjukkan komitmen memulangkan jasad korban penculikan ke kampung halamannya untuk dikuburkan secara layak," ucap juru bicara militer Filipina Kolonel Edgard Arevalo, seperti dilansir Guardian, Minggu 5 Maret 2017.
Kapal yang ditumpangi Kantner, Rockall, ditemukan terapung-apung pada 7 November 2016 di pesisir selatan Filipina dengan jasad rekan perempuannya, Sabine Merz, yang telah ditembak mati. Abu Sayyaf mengklaim penembakan dan penculikan tersebut.
Jenazah Kantner saat ini masih ada di kamar mayat sebuah rumah sakit militer di Sulu. Otoritas Filipina sedang mempersiapkan dokumen untuk memulangkan jasad Kantner ke Jerman.
Selasa kemarin, Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta maaf karena gagal menyelamatkan Kantner. Ia menegaskan militer Filipina telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan setiap sandera Abu Sayyaf.
Namun ia menyarankan negara-negara dunia untuk tidak membayar uang tebusan kepada kelompok teroris, karena hal itu hanya akan menambah angka penculikan.
Saat ini Abu Sayyaf diyakini masih menyandera 19 warga asing, termasuk dua dari Indonesia, dan enam asal Filipina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News