"Ketika pemerintah Suriah merasa bahwa operasi melawan terorisme itu sudah selesai, atau sudah cukup memuaskan, dan mereka merasa tidak membutuhkan bantuan kami lagi, kami mungkin baru akan mengentikan operasi tersebut," ujar Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikail Galuzin di kediamannya di Jakarta Selatan, Kamis, (28/01/2016).
Dalam jumpa pers, Galuzin juga menyampaikan himpitan perekonomian di Rusia tak menjadi masalah bagi pendanaan operasi di Suriah. "Tak ada kaitannya dengan kebijakan lain. Itu sudah termasuk dalam anggaran militer," katanya.
Masyarakat Rusia sendiri, menurut Galuzin, tak mempermasalahkan dengan keputusan yang diambil Presiden Vladimir Putin. Warga Rusia merasa ISIS adalah sesuatu yang berbahaya dan harus diperangi.
"Masyarakat Rusia tahu bahwa ISIS itu berbahaya, dan jika dibiarkan maka akan masuk ke negara kami," jelas Galuzin.
Saat ini, perekonomian Rusia sedang mengalami pemerosotan yang cukup signifikan akibat harga minyak yang merosot hingga 70 persen dan sanksi yang dikenakan negara Barat atas pencaplokan Krimea. Namun Galuzin menyatakan, penurunan harga minyak membuat Rusia menemukan potensi lain dari negaranya untuk dikembangkan.
"Beruntung atas penurunan harga minyak, kami (Rusia) dapat mengali potensi lain yang dimiliki negara kami. Belum lama ini kami sudah menjual roket kepada AS dan juga ingin mengembangkan sektor agrikultur," ucap Galuzin. (Nabila Gita)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News