India menuduh Pakistan berada di balik serangan, dan mengklaim memiliki "bukti yang tak terbantahkan." Namun bukti itu tidak diumumkan ke publik.
Pakistan membantah keras terkait dengan serangan tersebut, yang dilancarkan grup militan Jaiesh-e-Mohammad. Grup tersebut berasal dari Pakistan.
Menteri Federal India Arun Jaitley mengatakan negaranya akan mengambil "semua langkah diplomatik yang mungkin dilakukan" untuk memutus Pakistan dari komunitas internasional.
Namun seorang menteri Pakistan telah meminta India untuk menghadirkan bukti mengenai tuduhan. Dia juga menawarkan India untuk membantu menginvestigasi serangan tersebut.
"Perlu ada bukti," ucap dia kepada kantor berita CNN-News18. "Kasus ini juga perlu dilakukan investigasi," lanjut dia, seperti disitir dari laman BBC, Jumat 15 Februari 2019.
Pemberontakan di Kashmir sudah terjadi sejak era 1980-an. Namun aksi kekerasan kembali meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Setelah terjadinya bom bunuh diri di Kashmir, otoritas menerapkan jam malam di beberapa bagian di kota Jammu. Sekelompok warga India di Kashmir sempat membakar beberapa mobil usai terjadinya bom bunuh diri.
Baik India maupun Pakistan sama-sama mengklaim keseluruhan dari Kashmir.
Sebelumnya, Perdana Menteri India Narendra Modi mengecam keras bom bunuh diri di Kashmir. "Pengorbanan personel keamanan kami yang pemberani tidak akan sia-sia. Itu adalah serangan tercela,” ujar Modi.
Serangan bom bunuh diri diawali dengan ledakan bom yang dikemas di dalam sebuah mobil. Ledakan menghantam bus dalam konvoi 78 kendaraan yang membawa sekitar 2.500 anggota paramiliter Pasukan Cadangan Pusat (CRPF) paramiliter.
Dua bus biru yang membawa sekitar 35 orang masing-masing terkena ledakan besar itu. Suara ledakan yang sangat besar bisa terdengar hingga 20 kilometer dari kota Srinagar di jalan raya utama ke Jammu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News