medcom.id, Jakarta: Sudan siap untuk membuka lebar kesempatan kerja sama ekonomi dan mengundang investor Indonesia untuk berinvestasi. Sudan juga mengundang perusahaan-perusahaan Indonesia untuk bekerja sama.
"Pencabutan sanksi ekonomi Sudan oleh AS sangat berharga bagi kami. Ini membuka jalan bagi kami untuk bekerja sama secara luas, terutama dengan Indonesia. Negara ini merupakan negara yang berpotensi," ucap Duta Besar Sudan untuk Indonesia, Abd Alrahim Al Siddig di Kedutaan Besar Sudan, Jakarta, Kamis (19/1/2017).
Untuk saat ini, Sudan mengimpor obat-obatan, mobil, baterai, dan mie dari Indonesia. Selain itu, Indonesia dipandang sebagai negara dengan usaha manufaktur yang bagus.
"Partisipasi perusahaan-perusahaan Indonesia sangat hebat. Maka dari itu, Sudan mengundang para investor dan perusahaan Indonesia untuk menanamkan investasi di Sudan," lanjutnya.
Hubungan antara Sudan dan Indonesia sudah dimulai sejak era Presiden pertama Indonesia, Soekarno dan Presiden Sudan, Ismail Al Azhany. Hubungan diplomatik kedua negara terbentuk sejak tahun 1960.
Hubungan kedua negara meliputi sejumlah bidang, antara lain, politik, pendidikan, ekonomi dan perdagangan, dan agrikultur. Di bidang pendidikan, bahkan Sudan telah memberikan sejumlah beasiswa untuk WNI menimba ilmu di Sudan.
Saat ini, tercatat ada 800 mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Sudan, dari jenjang S1 hingga S3. Terhitung sampai 2016, Sudan sudah memberikan sekitar 30 beasiswa setiap tahunnya kepada WNI.
Dari Kementerian Agama RI pun sudah mulai mengirimkan sejumlah tenaga pengajar ke Sudan untuk menjadi dosen di beberapa universitas di sana. Dikatakan, WNI pun merasa aman dan nyaman ketika bertahun-tahun hidup di Sudan untuk menuntut ilmu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News