Mereka terperangkap lantaran gencatan senjata selama empat jam untuk mengevakuasi warga seketika dibuyarkan suara tembakan senjata api di kota yang terkepung pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata Maute.
Hanya 134 warga yang bisa diselamatkan, meski pemerintah berharap lebih dari 1.000 orang dapat meninggalkan kota yang dikecamuk pertempuran sengit sejak 13 hari terakhir itu.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperkirakan pengepungan akan rampung dalam beberapa hari, meski militan terafiliasi Islamic State (ISIS) masih bertahan.
"Ini akan berakhir dalam waktu sekitar tiga hari lagi," kata Duterte, pada Sabtu 3 Juni 2017, usai mengunjungi sebuah rumah sakit di Cagayan de Oro di mana tentara yang terluka dirawat.
"Saya tidak akan ragu menggunakan setiap kekuatan yang ada," cetusnya seperti disitir Reuters, Minggu 4 Juni 2017.
Sekitar 400 militan lokal yang diperkuat sekitar 40 gerilyawan asing menyerang Marawi pada 23 Mei 2017. Mereka menggunakan taktik medan perang canggih untuk mengendalikan sebagian besar kawasan di kota tepi danau ini.
Militan sudah dipukul mundur ke pusat kota oleh pasukan Filipina selama sepekan terakhir. Sekitar 4.000 tentara darat didukung helikopter dan pesawat melontarkan roket dan bom ke beberapa posisi militan.
Banyak penduduk mengatakan kepada Reuters bahwa serangan udara menyebabkan kerusakan properti yang luas dan menewaskan puluhan warga. Pihak berwenang melaporkan total korban tewas dari warga sipil sebanyak 38 -- namun mengatakan semua kematian itu disebabkan oleh militan.
Seorang juru bicara kepresidenan mengatakan, 120 gerilyawan telah tewas, bersama 38 pasukan pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News