medcom.id, Mumbai: Ratusan orang diyakini tewas dalam banjir besar yang menyapu kawasan Asia Selatan, dari pusat bisnis Mumbai hingga ke Nepal di Himalaya.
Di Mumbai, pada Selasa 29 Agustus 2017, layanan kereta api terhenti tatkala mobil-mobil dan para pejalan kaki terjebak banjir sedalam pinggang. Di saat yang sama, banjir memaksa evakuasi parsial di rumah sakit umum terbesar kota itu.
Banjir terburuk di Mumbai sejak tahun 2005 merupakan fase terakhir dari bencana alam yang meningkat dalam dua pekan terakhir. Hujan muson yang luar biasa dahsyat melanda di sebagian besar Asia Selatan.
Lebih dari 850 orang tewas dihantam banjir di India saja, Reuters melaporkan, mengutip Rajan Kumar, pejabat pemerintah pusat yang mengawasi penyelamatan dan bantuan. Dari jumlah tersebut, hampir 400 orang diyakini meninggal di negara bagian Bihar, salah satu wilayah termiskin di India.
Perekonomian agraris Bihar sudah mendapat pukulan keras dari air bah yang menyapu tanaman pangan, dan ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
"Orang tidak punya banyak waktu untuk mengungsi," kata Hanna Butler di Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (IFRCRC), yang telah mempelajari kerusakan di Bihar.
"Rumah-rumah yang lebih tradisional telah musnah, dan rumah-rumah beton juga sudah hancur fondasinya," tambahnya, seperti dilansir Financial Times, Rabu 30 Agustus 2017.
Penyebaran krisis ke Mumbai -- yang dihuni lebih dari 12 juta orang dan banyak bisnis terkemuka di India -- menyusul peringatan tentang kegagalan pemerintah kota untuk berinvestasi dalam infrastruktur air.
Sebagai kota yang dibangun di atas lahan reklamasi, tidak ada zona penyangga yang cukup ketika naiknya muka air sungai, menurut Godfrey Pimenta, pengacara dan aktivis lingkungan. Masalahnya telah diperburuk oleh polusi yang menyumbat saluran air kota, meningkatkan risiko banjir.
Di sela banjir baru-baru ini di Texas yang menarik perhatian dunia, kelompok-kelompok bantuan telah mengajukan permintaan ke calon donor di negara-negara kaya agar tidak mengabaikan krisis di Asia Selatan.
Di Nepal, diperkirakan kematian akibat banjir melebihi 350, menurut PBB. Di Bangladesh, IFRCRC memperkirakan bahwa lebih dari 140 orang telah tewas, dengan hampir 700.000 rumah rusak atau hancur.
Selain kekurangan infrastruktur air, banjir baru-baru ini mencerminkan curah hujan dari volume yang tidak biasa bahkan menurut standar monsun Asia Selatan. Menambah kekhawatiran bahwa perubahan iklim meningkatkan frekuensi munculnya cuaca ekstrem di wilayah ini.
Pada Kamis pagi pekan lalu, situs web pemerintah kota Mumbai menunjukkan bahwa distrik Santa Cruz di utara kota telah diguyur curah hujan 285 mm dalam 24 jam sebelumnya -- lebih dari setengah curah hujan rata-rata untuk keseluruhan Agustus, menurut data historis periode antara 1951 sampai 2000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News