medcom.id, Tokyo: Jepang diperkirakan akan meningkatkan persenjataan bagi militer, setelah rudal yang dilesakkan oleh Korea Utara (Korut) pada Selasa 29 Agustus 2017.
Korut melepaskan tembakan rudal yang melintas utara Jepang. Hal itu memicu sistem peringatan nasional yang meminta warga untuk bersiap menghadapi serangan.
Mantan Dubes Inggris untuk Jepang Sir David Warren kepada BBC, Rabu 30 Agustus 2017 menyebutkan, provokasi dari Korut memicu Jepang untuk meningkatkan kemampuan militernya.
"Dukungan sepertinya muncul bagi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk melebarkan sayap pasukan bela diri, menjadi kekuatan militer secara penuh," ujar Warren.
Sejak kekalahan di Perang Dunia II, Negeri Sakura dilarang untuk membentuk militer dan hanya mengandalkan pasukan bela diri. Pada Mei, upaya PM Abe untuk mengubah klausul konstitusi itu pada 2020, telah memicu kecaman.
Sementara peneliti senior dari Wilson Centre Asia Program, Shuhoko Goto mengatakan bahwa,"ada ketidaksepahaman antara apa yang diinginkan oleh PM Jepang dengan apa yang diinginkan oleh rakyat."
"PM Jepang berupaya keras untuk meningkatkan kemampuan militernya agar lebih ofensif. Terutama di saat perkembangan terbaru yang terjadi di Korea Utara," tutur Goto.
"PM Abe terus menekan agar ada perubahan dalam konstitusi. Yang paling utama adalah kemampuan beroperasi di luar wilayah Jepang dan tentunya agar bisa menghalau serangan Korea Utara," jelasnya.
Namun menurut Goto saat ini, publik Jepang masih belum bisa menerima usulan itu. Baginya, rakyat Jepang masih dibayangi bom nuklir yang dijatuhkan oleh pasukan sekutu saat Perang Dunia II. Mereka pun tidak ingin kejadian itu terulang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
