Padahal sebelumnya, Wakil Ketua Komite Sentral Partai Buruh Korea Kim Yong-chol -- yang juga merupakan utusan Korut untuk AS -- sempat memuji kedekatan Trump dan Kim. Dia bahkan menyebut hubungan keduanya terjalin istimewa.
Dikutip dari AFP, Senin 28 Oktober 2019, Yong-chol menekankan bahwa hubungan dekat kedua pemimpin jangan dijadikan andalan terkait negosiasi nuklir. Hingga saat ini, pembicaraan denuklirisasi antara AS dan Korut masih mandek.
"Hubungan pribadi yang dekat (antara Trump dan Kim) tak bisa menjadi jaminan untuk mencegah memburuknya hubungan antara Korut dan AS," tutur Yong-chol.
Yong-chol juga menyinggung mengenai desakan Korut agar AS mau mengubah sikapnya dalam negosiasi nuklir. Dia menambahkan, AS harus dapat mengubah sikapnya, maksimal hingga akhir tahun ini.
Ia menegaskan tenggat waktu yang diberikan tersebut sebaiknya tidak dianggap remeh oleh Washington.
Setelah saling melancarkan ancaman pada 2017, Trump dan Kim bertemu untuk kali pertama di Singapura tahun lalu. Dalam pertemuan tersebut, Trump dan Kim menyepakati usaha bersama untuk mencapai denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Pertemuan kedua kemudian digelar di Hanoi, Vietnam. Sayangnya, dalam pertemuan itu keduanya gagal mencapai kesepakatan apa pun. Trump dan Kim kembali bertemu secara informal di Zona Demiliterisasi pada Juni lalu.
Hubungan AS dan Korut merenggang setelah Pyongyang melakukan serangkaian uji coba misil. Harapan perbaikan hubungan sempat muncul saat kedua negara bertemu di Swedia awal bulan ini.
Namun pertemuan berakhir dengan kekesalan Korut, meski AS mengklaim diskusi di Stockholm itu berjalan lancar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News