Mahasiswa Hong Kong Polytechnic University ditangkap saat keluar dari kampus. Foto: AFP
Mahasiswa Hong Kong Polytechnic University ditangkap saat keluar dari kampus. Foto: AFP

Polisi Memaksa Masuk ke Kampus Politeknik Hong Kong

Medcom • 28 November 2019 11:58
Hong Kong: Polisi Hong Kong memaksa untuk memasuki Hong Kong Polytechnic University (PolyU) yang masih dijaga ketat oleh aparat keamanan. Penjagaan dilakukan berhari-hari dan pedemo pro-demokrasi masih bertahan di dalam.
 
Pihak keamanan masih mencari bom molotov dan bahan berbahaya lainnya yang tersisa dari pendudukan di kampus itu.
 
Hong Kong Polytechnic University menjadi pusat gerakan protes yang semakin keras di wilayah tersebut ketika bentrokan terjadi pada 17 November antara polisi dan demonstran yang dipersenjatai dengan busur dan anak panah serta bom molotov.

Bentrokan itu mengalami kebuntuan yang menegangkan bagi ratusan orang yang berhasil melarikan diri dari kampus. Beberapa dari mereka berani meloloskan diri, sedangkan yang lain ditangkap dan dipukuli oleh petugas.
 
Para ahli bahan peledak mendobrak dari ruang kelas ke ruangan lain dan diikuti oleh sekelompok wartawan. Mereka menyorot dinding-dinding penuh coretan menghina pasukan polisi kota dan menyerukan kebebasan yang lebih besar di bawah pemerintahan Tiongkok.
 
Sekarang, PolyU menghadapi operasi pembersihan besar-besaran. Sejumlah coretan merah di dalam kampus menjadi amukan warga Hong Kong menjadi medan perang yang ditinggalkan yang tertutup puing-puing, barikade, dan botol-botol koktail Molotov terpecah belah.
 
Disitir dari Channel News Asia, Kamis, 28 November 2019, bau busuk dari makanan busuk di kantin dan tempat sampah yang penuh sampah meresap ke bagian-bagian kampus.
 
Pada Rabu, para pemimpin universitas meminta polisi untuk mengakhiri pengepungan mereka. Mereka hendak mengontak pemerintah membantu pembuangan bahan-bahan berbahaya.
 
Warga Hong Kong telah memprotes dalam jumlah besar selama enam bulan terakhir yang dipicu oleh kekhawatiran yang berkembang bertahun-tahun bahwa otoriter Tiongkok sedang memberantas kebebasan kota.
 
Kekerasan meningkat ketika Beijing dan para pemimpin setempat menolak konsensus besar dan menggunakan polisi untuk membubarkan aksi unjuk rasa setiap harinya.
 
Pemimpin daerah Hong Kong Carrie Lam berpendapat bahwa ‘mayoritas yang diam’ masih mendukung pembentukan dan membenci kekerasan yang meningkat dari para pedemo radikal.
 
“Selain itu, narasi berhasil dirusak oleh pemilihan dewan tingkat masyarakat pada Minggu yang menyaksikan kemenangan besar bagi kandidat pro-demokrasi di seluruh kota Hong Kong,” pungkas Lam.
 

Penulis: Rifqi Akbar
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan