Warga Irak turun ke jalan lakukan protes menentang pemerintah. Foto: AFP
Warga Irak turun ke jalan lakukan protes menentang pemerintah. Foto: AFP

Korban Tewas dalam Aksi Protes Irak jadi 28 Orang

Fajar Nugraha • 04 Oktober 2019 07:55
Baghdad: Ribuan pengunjuk rasa bentrok dengan polisi antihuru hara di ibu kota Irak dan di wilayah selatan pada Kamis. Memasuki hari ketiga demonstrasi telah menewaskan 28 orang.
 
Massa menentang jam malam, gas air mata, dan penembakan, mereka berkumpul dengan truk untuk melampiaskan amarah mereka terhadap kondisi pemerintahan saat ini. Mereka anggap pemerintahan Perdana Menteri Adel Abdel Mahdi dipenuhi korupsi, pengangguran, dan layanan buruk kepada publik.
 
Ketika senja turun di Baghdad, kerumunan orang membludak di sekitar kementerian perminyakan dan industri ibukota. Pengunjuk rasa bermaksud untuk berbaris ke Lapangan Tahrir (Pembebasan) di pusat ibu kota.

"Kami akan terus beraksi sampai pemerintah jatuh," ujar Ali, lulusan universitas yang menganggur.
 
"Saya tidak punya apa-apa selain 250 lira (20 sen AS) di saku. Smentara pejabat pemerintah memiliki jutaan," katanya kepada AFP, seperti dikutip Jumat, 4 Oktober 2019.
 
Sebagian besar demonstran membawa bendera Irak, sementara yang lain mengibarkan bendera bertuliskan nama Hussein, cucu Nabi Muhammad dan tokoh yang dihormati dalam Islam Syiah.
 
Polisi antihuru-hara dan pasukan militer menembak ke tanah dari senjata otomatis yang membuat peluru memantul ke kerumunan. Para pedemo yang terluka terpaksa menggunakan transportasi kecil untuk mencapai rumah sakit.
 
"Mengapa polisi menembak orang Irak seperti mereka? Mereka menderita seperti kita. Mereka harus membantu dan melindungi kita," ucap salah satu pedemo, Abu Jaafar.
 
Tiga hari demonstrasi telah menyebabkan 28 orang tewas, termasuk dua petugas polisi, dan lebih dari 1.000 orang terluka.
 
Lebih dari setengah dari mereka yang tewas dalam tiga hari terakhir berada di kota selatan Nasiriyah, di mana enam pedemo ditembak mati dan belasan lainnya terluka pada Kamis saja.
 
Di sekitar Kota Amarah juga mengalami pertumpahan darah yang signifikan. Petugas medis dan sumber keamanan melaporkan empat pengunjuk rasa tewas pada Kamis. Kemudian pada hari itu, dua pedemo dan seorang petugas polisi terbunuh di Diwaniyah, 150 kilometer selatan Baghdad, dan jam malam kemudian diberlakukan.


Kemarahan memuncak


Demonstrasi dimulai Selasa di Baghdad tetapi sejak itu menyebar di selatan termasuk Provinsi Dhi Qar, Missan, Najaf, Basra, Wasit dan Babel.
 
Beberapa kota memberlakukan jam malam, tetapi para pengunjuk rasa membanjiri jalan-jalan. Sementara itu, wilayah utara Kurdi dan provinsi barat Sunni relatif tenang.
 
Keluhan yang memicu demonstrasi massa di selatan Irak, diakibatkan lebih dari setahun yang lalu karena kekurangan air  parah. Kondisi ini menyebabkan krisis kesehatan yang meluas.
 
Sejak itu, provinsi selatan menuduh pemerintah pusat gagal mengatasi kesenjangan infrastruktur yang mendalam, yang utamanya adalah pengangguran kaum muda.
 
Ketegangan diperburuk oleh penutupan kantor-kantor pemerintah di Baghdad dan seruan oleh ulama Moqtada al-Sadr melakukan mogok massa. Sadr berada di belakang putaran terakhir protes besar di Baghdad pada tahun 2016, ketika para pendukungnya menyerbu Zona Hijau, rumah bagi beberapa kementerian dan kedutaan besar.
 
Keterlibatannya tampaknya jauh lebih terbatas kali ini. Tetapi jika para pengikutnya bergabung dalam protes secara massal, aksi unjuk rasa kemungkinan akan semakin besar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan