Pencabutan RUU itu disambut baik oleh media-media nasional Tiongkok. Mereka pun meminta agar pelaku unjuk rasa bisa menghentikan aksinya, karena tuntutannya sudah dipenuhi.
“Keputusan Carrie Lam untuk mencabut RUU Ekstradisi menjadi alasan para demonstran untuk tidak turun ke jalan lagi dan melakukan kekerasan,” sebut surat kabat China Daily, Kamis, 5 September 2019.
China Daily yang dikelola pemerintah mengatakan keputusan itu adalah "tanggapan yang tulus dan sungguh-sungguh terhadap suara warga (yang) dapat ditafsirkan sebagai alasan yang diperluas kepada mereka yang telah menentang RUU selama beberapa bulan terakhir.”
Tajuk tajuk rencana harian China Daily mengatakan, "Para pedemo sekarang tidak punya alasan untuk melanjutkan kekerasan".
"Pemerintah SAR Hong Kong telah memberi kesempatan kepada penduduk Hong Kong untuk menggantikan antagonisme dan konfrontasi dengan perdamaian dan dialog," kata editorial itu.
"Dan mudah-mudahan, perdamaian dan stabilitas akan dipulihkan pada waktu yang tepat sehingga kota dapat mengarahkan kembali energi dan waktu dalam memecahkan masalah sosial dan ekonomi," imbuh editorial China Daily.
Protes dimulai pada Maret dan berkembang menjadi dorongan untuk demokrasi yang lebih besar untuk kota, yang kembali ke Cina pada 1997 itu sebagai Daerah Administratif Khusus (SAR). Tidak jelas apakah menarik RUU itu akan membantu mengakhiri kerusuhan.
Ketika melakukan wawancara dengan Medcom.id, Jumat 30 Agustus 2019, Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Xiao Qian mengatakan, tidak semua di antara pedemo itu benar-benar tulus melakukan unjuk rasa. Mereka yang disesatkan menurut Dubes Xiao, memiliki tujuan politik dari Barat.
Namun dia mengakui bahwa ada pedemo yang memang antiPemerintah Tiongkok. Menurut Dubes Xiao, tujuan kelompok ini untuk menggunakan kesempatan ini untuk kemerdekaan Hong Kong atau setidaknya untuk mengubah Hong Kong menjadi basis politik untuk pusat antiTiongkok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News