Manila mengaku tidak ingin perairan Sibutu Passage antara Sabah, Malaysia dan Filipina selatan menjadi mirip wilayah Somalia yang dipenuhi perompak.
Sibutu Passage, digunakan sekitar 13 ribu kapal setiap tahunnya, menawarkan rute tercepat antara Australia dengan Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan.
Dalam setahun terakhir, kelompok militan Abu Sayyaf dari Filipina selatan membajak sejumlah kapal dan menculik puluhan kru untuk kemudian meminta uang tebusan. Mereka biasa beraksi di perairan antara Malaysia, Indonesia dan Filipina.
Indonesia telah mengingatkan bahwa wilayah perairan itu dapat "menjadi seperti Somalia." Biro Maritim Internasional menyebut perairan di lepas pantai Filipina selatan telah menjadi kawasan berbahaya.
"Jika para pemilik kapal ingin menghindari area tersebut untuk menghindari teroris, maka akan membutuhkan biaya perjalanan tambahan," ujar kepala penjaga pantai Filipina, Commodore Joel Garcia, kepada AFP, Rabu (8/2/2017).
"Ini tidak hanya menjadi kekhawatiran Filipina atau Indonesia dan Malaysia, tapi juga komunitas perkapalan internasional," sambung dia.
Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana berencana meminta AS untuk menggelar latihan gabungan di perairan selatan untuk mengatasi masalah bajak laut.
Pekan lalu, Presiden Rodrigo Duterte mendesak Tiongkok melancarkan patroli di perairan rawan perompak. Duterte menyinggung mengenai pengerahan konvoi kapal oleh Tiongkok ke Teluk Aden pada 2009 untuk melindungi kapal-kapal Negeri Tirai Bambu dari bajak laut Somalia.
Pernyataan disampaikan Duterte satu hari setelah dirinya bertemu utusan khusus dari Indonesia yang meminta Manila menjelaskan langkah antisipasi berikutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News