Ratusan orang dari kedua kubu yang bersaing datang memenuhi Pantai Cronulla di Sydney, Sabtu 12 Desember. Mereka datang sekaligus untuk memperingati 10 tahun kerusuhan rasisme terburuk yang pernah terjadi di Negeri Kanguru.
Polisi anti huru-hara turun ke pantai ketika massa anti-Islam dihadang oleh massa anti-rasialisme. Namun polisi tidak khawatir terjadinya gelombang kekerasan, karena jumlah petugas yang dikerahkan jauh lebih besar dibanding pendemo.
Kedua kelompok berseberangan itu tetap dijauhkan dan dicegah untuk berdekatan, meskipun sempat ada kericuhan kecil yang dengan cepat dipisahkan polisi. Polisi pun menangkap orang yang berasal dari New South Wales.
Presiden dari kelompok sayap kanan Rise Up Australia Daniel Nalliah, memimpin acara barbaque sambil meneriakan dukungan untuk massa anti-Islam.
"Jika kalian datang kemari, berintegrasi dengan kehidupan dan budaya Australia atau diam, berkemas dan pergi," ujar Nalliah yang merupakan imigran Kristen Sri Lanka, seperti dikutip AFP, Sabtu (12/12/2015).
Sementara kelompok anti-rasialisme membawa spanduk seperti "Dukung Muslim melawan rasialisme". Banyak warga yang mendukung aksi anti-rasialisme ini.
"Saya tinggal di sini saat kerusuhan (10 tahun lalu) dan selama bertahun-tahun saya malu mengatakan berasal dari sini," ucap warga Cronulla, Andrew.
"(Cronulla) semoga kembali menjadi tempat yang baik, saya tidak ingin seperti yang lalu (yang dipenuhi kerusuhan rasialis," pungkas Andrew.
Sementara seorang warga yang bernama Margaret, mengecam protes anti-Islam. Menurutnya hal itu hanya menimbulkan benih-benih kebencian di Australia.
Kerusuhan pada 11 Desember 2005 menjadi sejarah buruk Australia, di mana ribuan warga kulit putih Australia menyerang warga Arab Australia setelah dua penjaga pantai kedapatan dipukuli. Hal itu menimbulkan serangan balasan.
Peristiwa ini mengejutkan warga Australia dan memicu debat bahwa Australia yang dibangun oleh warga imigran, memang dipenuhi oleh rasis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News