Wawancara khusus Medcom.id dengan Dubes Afghanistan untuk Indonesia Roya Rahmani. (Foto: Fajar Nugraha)
Wawancara khusus Medcom.id dengan Dubes Afghanistan untuk Indonesia Roya Rahmani. (Foto: Fajar Nugraha)

Wawancara Khusus Dubes Afghanistan untuk Indonesia

Afghanistan Terus Dorong Taliban Turut dalam Rekonsiliasi

Marcheilla Ariesta • 07 April 2018 11:37
Jakarta: Sebuah negara nan indah hancur begitu saja akibat kekerasan dan keegoisan suatu kelompok. Agama dipakai sebagai 'alat' untuk keegoisan tersebut.
 
Afghanistan, negara dengan keindahan ala Timur Tengah bercampur keunikan Asia bagian Selatan dan Tengah itu luluh lantak. Hingga kini, bom, penembakan, dan kekerasan ekstremisme lainnya menghantui setiap sudut kota.
 
Bahkan, sehari jelang kedatangan Presiden Joko Widodo ke negara itu pada Januari 2018, bom menghantam pusat kota. Ketar-ketir hati masyarakat Indonesia ketika sang presiden menginjakkan kaki ke tanah Kabul.

Namun, kedatangan Presiden Jokowi seakan membawa ide baru untuk negara itu. Kini, Afghanistan tengah melakukan upaya proses perdamaian.
 
Proses rekonsiliasi tengah digencarkan. Rencana merangkul kelompok Taliban sudah mulai dilaksanakan.
 
Para ulama bahkan ingin berbicara satu sama lain, mencoba menyatukan pemahaman untuk mempromosikan perdamaian dalam dakwah mereka. Negeri yang hancur itu mulai mencoba bangkit kembali dari keterpurukan.
 
Medcom.id pada Rabu 4 April 2018, berkesempatan berbincang dengan Duta Besar Afghanistan untuk Indonesia Roya Rahmani, membahas apa yang sebenarnya terjadi di Afghanistan dan sudah sejauh mana proses perdamaian ini berlangsung.
 
Tak hanya itu, tim juga berkesempatan untuk mengenal Dubes Roya lebih dalam, terutama pendapatnya tentang Indonesia. Berikut hasil wawancara kami dengan Dubes Roya Rahmani:
 
 
Bagaimana keadaan di Afghanistan saat ini?
 
Keadaan di Afghanistan sangat baik, dan warga kami terus beraktivitas. Mereka tetap bekerja, dan kami tengah membangun masa depan yang lebih baik untuk generasi penerus kami dan warga kami tentunya.
 

Bagaimana dengan hubungan Indonesia dan Afghanistan?
 
Hubungan bilateral kami sangat baik. Dan sejujurnya, tengah mengalami peningkatan dan perkembangan. Kami terus mengembangkan hubungan bilateral ini, seperti Indonesia mengembangkan kerja sama dengan Afghanistan. Dan sejujurnya, hubungan kami semakin baik dalam dua tahun terakhir ini.
 

Di 2018, apakah Anda ingin memperkuat hubungan bilateral kedua negara?
 
Tentu saja. Itulah sebabnya kami ada di sini. Saya berharap kehadiran saya bisa melanjutkan penguatan kerja sama kedua negara di berbagai tingkatan hubungan. Secara langsung hubungan semakin kuat dengan adanya kunjungan di tingkat tinggi. 
 

Kerja sama di bidang apa yang dapat menguntungkan kedua negara?
 
Kerja sama yang saling menguntungkan Indonesia-Afghanistan ada di bidang, antara lain kerja sama ekonomi, hubungan antarmasyarakat. Hal yang dapat mempromosikan dua negara mengenai agama Islam, Islam yang Rahmatan lil alamin. 
 

Dan Indonesia saat ini tengah mempromosikan perdamaian di dunia dan kawasan. Langkah ini mungkin menimbulkan halangan yang signifikan, namun kami telah melihat bahwa perdamaian justru memperkuat hubungan yang semakin mempererat kedua negara.
 
Geopolitik global saat ini berubah, langkah apa yang harus diambil Indonesia dan Afghanistan dalam menghadapi situasi saat ini?
 
Ini waktu yang sangat baik bagi Indonesia, di mana kami, Afghanistan sangat menyenangkan apabila Indonesia mengambil langkah lebih lanjut dan menaruh perhatian pada urusan Afghanistan, seperti peran yang diambil Indonesia untuk mempromosikan perdamaian Afghanistan.
 

Kami terus melihat pembangunan perdamaian, tentu saja di dalam hubungan ekonomi, promosi pertukaran kebudayaan, dan juga memberikan kesempatan bagi kami untuk hubungan antarmasyarakat, sangat signifikan. Dan Indonesia di era geopolitikal dan politik dunia, terutama dalam mempromosikan nilai budaya, konstitusi, Pancasila. Dan mempromosikan nilai mereka, seperti nilai moderat, toleransi dan pluralisme merupakan sesuatu yang, sayangnya, dibutuhkan dunia ini.
 

Merupakan kesempatan baik, di saat negara modern, negara Islam yang berkembang, dan sebagai negara dengan mayoritas jumlah penduduk Muslim, dapat menyebarkan dan mempromosikan nilai-nilai tersebut ke negara lain, terutama Afghanistan. Karena Afghanistan merupakan negara yang berada di tengah kawasan Asia, bukan di kawasan lain. Kami merupakan jembatan penghubung antara Asia Tengah, Asia Selatan dan Timur Tengah. Karena itu, kami juga dan telah menjadi harapan bagi kawasan. Jadi, dengan mempromosikan nilai-nilai ini, Anda membuka pintu untuk hubungan yang lebih baik hingga akhir dari dunia ini. 
 

Mengenai rencana pertemuan trilateral antara Indonesia, Afghanistan dan Pakistan, akankah pertemuan ini memberikan dampak baik bagi Afghanistan?
 
Saya berharap demikian. Kami sangat berharap pada pertemuan ini karena pertemuan ini akan memberikan kesempatan untuk para ulama, yang merupakan tokoh sangat penting bagi ketiga negara, khususnya Afghanistan, untuk mengubah cara pandang, pemahaman dan bekerja bersama, serta menyatukan pemahaman mereka, dan bahkan mereka bisa mempromosikan perdamaian bagi kawasan secara global.
 
Afghanistan Terus Dorong Taliban Turut dalam Rekonsiliasi
Wawancara khusus dengan Dubes Roya Rahmani. (Foto: Fajar Nugraha)
 
Apa tujuan dari pertemuan ini?
 
Tujuan pertemuan ini adalah untuk mempromosikan perdamaian, mempromosikan pemahaman bagi para ulama, yang sangat berpengaruh di tiga negara ini. Dan memberikan peran kepada Indonesia dan organisasi Islam mereka yang penting untuk ada di sini, dan berbagi pemikiran dan pemahaman dengan negara kami, yang dekat dengan terorisme, kekerasan, ekstremisme, yang mana hal tersebut menjadi sangat berguna.
 

Apakah Anda berharap Taliban akan ikut dalam pertemuan ini?
 
Kami berharap demikian, karena posisi kami, maksud saya pertemuan ini untuk para ulama, bukan antar pemerintah yang mengadakan pertemuan ini. Pertemuan adalah inisiatif dari Majelis Ulama Indonesia (MoU), yang mengundang ulama dari Afghanistan dan Pakistan. Dan dari ulama kami, mereka ada yang berpihak pada pemerintah, ada juga yang berpihak pada Taliban. Apa pun itu, mereka adalah tokoh Muslim.
 
Namun, apa ada pendekatan dari Pemerintah Afghanistan atau ulama untuk mengajak pihak Taliban ikut bergabung?
 
Tentu saja, seperti yang saya sebutkan tadi, kami mendorong partisipasi dari seluruh golongan yang merepresentasikan masyarakat kami, yang bisa menyampaikan perhatian mereka, yang bisa menjadi wajah masyarakat kami, pemahaman, kebutuhan. Pendekatan yang kami ambil adalah dengan adanya proposal tujuh poin yang presiden kami umumkan, yang meminta Taliban untuk duduk bersama di meja negosiasi dengan segala kondisi yang terjadi. Perintah ini untuk menggapai Taliban. Jadi, kami berharap ada respons positif untuk bekerja bersama untuk perdamaian Afghanistan, sehingga semua dari kami bisa hidup dengan damai dan makmur di tanah kami sendiri.
 

Indonesia memiliki model rekonsiliasi seperti di Aceh, bisakah model seperti ini dipakai di Afghanistan?
 
Rencana Indonesia untuk membawa masyarakat untuk mencari penyelesaian dari konflik mereka di Indonesia. Hal ini kami apresiasi, dan saya tidak percaya mereka akan menggunakan model tersebut sama persis di Aceh sebagai prinsip mereka. Tentu prinsip mereka adalah membuka negosiasi untuk membahas mengenai apa yang mereka perhatikan. Tentu saja, salah satu prinsip fundamental untuk mendapatkan kesepakatan, namun jika elemen tersebut sama dengan Aceh, pasti akan sesuai. Namun, karena situasinya berbeda, konteksnya berbeda, konfliknya berbeda dan isunya juga lebih kepada kebutuhan mereka, yang khususnya terjadi di Afghanistan. 
 

Presiden Indonesia Jokowi kemarin berkunjung ke negara Anda, apakah Anda melihat pertemuan itu sebagai salah satu kunjungan yang berhasil?
 
Saya rasa demikian, karena saya tidak bisa bicara sebagai bagian dari rombongan Presiden Jokowi, namun saya bisa mengatakan masyarakat Afghanistan sangat tersentuh dengan kunjungan tersebut, sangat terbuka dengan pertemuan ini. Mereka sangat senang karena saat Presiden Jokowi mendarat di Kabul, salju turun bersama mereka, yang mana dalam budaya kami, saat hujan atau salju turun, berarti ada tanda positif. Dan kunjungan sangat diterima, kami mengapresiasi hal itu, pemerintah juga sangat menerima kunjungan ini, karena hal penting yang didiskusikan. 
 

Dan dari sisi kami, kami menilai kunjungan ini sebagai langkah paling sukses untuk mempromosikan hubungan bilateral kami dan kunjungannya Presiden Jokowi juga sangat berhasil.
 

Apakah ada komentar dari para ulama mengenai kedatangan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla ke Kabul?
 
Ulama Afghanistan sangat menerima kunjungan tersebut dan kami memiliki agenda konferensi  pers. Dan mengikuti kunjungan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang mereka bahas sangat didukung ulama. Saran mereka untuk membangun perdamaian, kesiapan mereka untuk trilateral dan diikuti dengan intralateral ulama dari seluruh negara Muslim, dan ketertarikan mereka untuk proses perdamaian, rekonstruksi proses sangat diterima ulama di Afghanistan. Dan kami juga menunjukkan ke publik, saat mereka memberikan pernyataan kenegaraan di Kabul saat kunjungan tersebut.
 
Hubungan Indonesia dengan Afghanistan sudah berlangsung lama. Saat pertama saya masuk dalam kantor Anda, ada dua gambar yang menarik perhatian saya di sebelah sana. Bisakah Anda menjelaskan gambar tersebut?
 
Gambar itu adalah foto dari Presiden Soekarno dan mantan raja kami (Mohammad Zahir Shah), yang diambil pada 1961, saat Presiden Soekarno mengunjungi Kabul sebagai kunjungan kenegaraan. Setelah 1961, usai kunjungan itu, tidak ada lagi kunjungan kenegaraan dari Indonesia, sampai Presiden Jokowi di 2018 melakukan lawatan. Foto ini diambil dari istana kami di Kabul.
 
Dan foto di sebelah kiri itu adalah pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani saat dia melakukan kunjungan kenegaraan di sini pada 2017.
 
Afghanistan Terus Dorong Taliban Turut dalam Rekonsiliasi
Wawancara khusus dengan Dubes Roya Rahmani. (Foto: Fajar Nugraha)
 
Apa yang mereka bicarakan dalam pertemuan tersebut?
 
Foto ini diambil dari tete a tete yang dilakukan di Istana, di Veranda Lounge. Mereka berbicara satu sama lain dan saya tidak bisa memberitahu Anda apa yang mereka bicarakan karena saya tidak di sana. Tapi mereka tentunya membahas seluruh isu yang dibicarakan saat Presiden Ashraf Ghani mengunjungi Indonesia. Kunjungan kenegaraan Presiden Ghani ke Indonesia merupakan kunjungan kenegaraan pertama yang dilakukan Afghanistan ke Indonesia sejak hubungan bilateral kita terjadi di 1954.
 

Anda sendiri, sudah berapa lama bertugas di Indonesia?
 
Hampir dua tahun, 22 bulan.
 

Bagaimana menurut Anda mengenai Jakarta dan Indonesia?
 
Saya sangat menyukainya. Indonesia merupakan negara yang indah, Jakarta merupakan kota yang sangat hidup, walaupun terkadang sangat sibuk, namun dinamis, teman yang hebat, saya selalu merasa ada di rumah. Jadi rasanya seperti berada di rumah, yang jauh dari rumah.
 

Apa yang Anda sukai tentang Jakarta?
 
Pertama, warganya. Saya bertemu dengan beberapa teman yang hebat dan saya menyukai kehidupan yang ada di sini. Salah satu kota yang tidak pernah tidur. Dan banyak hal yang saya ingin lakukan, tidak pernah merasa bosan di sini meskipun harus menunggu sedikit lebih lama untuk melakukan sesuatu karena selalu sibuk. Dan faktanya, di Jakarta banyak sekali aktivitas, dan semangat komunitas diplomasinya merupakan salah satu yang saya sukai.
 

Bagaimana dengan macet?
 
Tentu saja macet bukan kesukaan semua orang, namun saya mengambil kesempatan untuk melakukan berbagai pekerjaan saat saya terjebak di kemacetan. Saya sering menerima banyak telepon saat di dalam mobil, saya membaca, dan melakukan banyak pekerjaan saat di dalam mobil. Dan sekali kamu melakukannya, hal tersebut menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Saya rasa merupakan suatu hal yang mengejutkan jika Anda tiba lebih dahulu di tempat tujuan. Karena kami memiliki biaya untuk kemacetan saat kami akan bepergian. Jadi, Anda bisa sampai lebih dulu, atau malah terlambat ke tempat yang sama, sangat tidak bisa diprediksi.
 

Afghanistan Terus Dorong Taliban Turut dalam Rekonsiliasi
Wawancara khusus dengan Dubes Roya Rahmani. (Foto: Fajar Nugraha)
 

Sudah kemana saja saat di Indonesia?
 
Saya tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk melakukan perjalanan, namun Alhamdulillah saya masih bisa mengunjungi beberapa wilayah, seperti Sulawesi, Kalimantan, Lombok, Semarang, solo, Yogyakarta dan Bali.
 

Untuk liburan atau bekerja?
 
Kebanyakan dari perjalanan saya berhubungan dengan pekerjaan, hanya dua lokasi yang saya gunakan untuk liburan.
 

Makanan seperti apa yang Anda suka di Indonesia?
 
Ada daftar panjang yang saya sukai, seperti jenis ikan yang berbeda, dan yang paling terutama adalah ayam goreng. Dari Ayam Goreng Suharti. Saya juga suka Nasi Bali, dan saya juga suka makanan di Makassar. Sangat menarik dan saya juga menemukan makanan yang berbeda di tempat yang berbeda dengan rasa yang berbeda juga. Cukup menarik.
 

Tempat apa yang paling Anda sukai di Indonesia?
 
Berdasarkan tempat yang saya kunjungi, masing-masing memiliki keunikannya tersendiri. Karenanya, saya memiliki banyak hal yang disukai, bahkan di tempat yang beberapa saya kunjungi, malah menambah kesukaan saya.
 

Kota mana yang paling Anda ingin kunjungi di Indonesia?
 
Banyak pulau yang belum saya kunjungi. Saya ingin kunjungi Sumatera, Papua, dan banyak kota yang belum pernah saya kunjungi di sini, saya ingin ke sana. Maluku, Papua, Sumatera dan lainnya.
 

Apakah rencananya untuk berlibur atau bekerja?
 
Saya harap bisa sambil liburan juga, sebenarnya banyak hal yang harus saya lakukan di Jakarta, namun saya ingin bepergian ke satu atau dua tempat saat akhir pekan atau liburan panjang. Pasti sangat menarik.
 
Afghanistan Terus Dorong Taliban Turut dalam Rekonsiliasi
Wawancara khusus dengan Dubes Roya Rahmani. (Foto: Fajar Nugraha)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan