Awalnya, Taiwan menyatakan belum menyetujui permohonan dari China Eastern dan China Airlines untuk menambah total 176 penerbangan baru yang melintasi Selat Taiwan, yang berarti akan melewati pulau yang disengekatakan.
Selain itu, dua maskapai penerbangan ini juga meminta adanya empat rute baru.
Otoritas Penerbangan Sipil Taiwan (CAA) menolak untuk memberikan izin bagi penerbangan tambahan itu. Alasannya, dua maskapai Tiongkok itu telah menggunakan rute-rute baru yang kontroversial.
Namun, menurut China Eastern, bahwa penerbangan tambahan yang diajukan itu tidak melalui rute baru yang kontroversial.
Sementara itu, Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok mengatakan, rute tersebut hanya akan digunakan untuk penerbangan sipil dan Tiongkok akan terus berkomunikasi dengan Taiwan.
Kendati demikian, otoritas Taiwan tetap meminta agar penetapan empat rute baru itu dibatalkan. Namun protes Taiwan ini diabaikan.
Dikutip dari Strait Times, Selasa 30 Januari 2018, Taiwan menyebut penetapan rute baru itu sangat sembrono dan membahayakan keselamatan penerbangan, juga bermotif politik.
Militer Taiwan telah menegaskan pihaknya akan mencegat, memperingatkan dan mengusir setiap pesawat yang melintasi wilayah udara Taiwan tanpa izin dan mengancam keamanan negara itu.
Hubungan lintas selat Tiongkok dan Taiwan terus memburuk sejak 2016 ketika Tsai Ing-wen menjadi presiden Taiwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News