“Mungkin tidak secara nasional, tapi minimal ada sekolah atau kampus yang mengajarkan bahasa Indonesia,” ujar Dubes Tantowi, dikutip dari keterangan KBRI Wellington.
Saat ini, KBRI Wellington bekerja sama dengan relawan dari komunitas Warung Kopi membuka kursus bahasa Indonesia gratis dan peminatnya selalu bertambah. Ini juga menjadi bukti minat warga Selandia Baru untuk mengenal Indonesia lewat bahasa cukup tinggi.
Usulan tersebut disampaikan dalam pertemuan tahunan NZIA, yang mengundang perwakilan pemerintah Selandia Baru dan Indonesia. Tak hanya mengusulkan hal tersebut, anggota senior NZIA juga menyentil perwakilan pemerintah Selandia Baru yang hadir.
Mereka menanyakan program konkrit yang telah direncanakan atau dijalankan untuk penguatan hubungan Indonesia-Selandia Baru. Ketua NZIA, Bill Russell mengatakan sangat merisaukan pengurangan jatah beasiswa LPDP untuk perguruan tinggi di Selandia Baru.
Menurut dia, beasiswa kini hanya untuk fakultas hukum di Victoria University Wellington. Padahal, kata Russell, Negeri Kiwi memiliki banyak keunggulan pendidikan di bidang-bidang studi, seperti geothermal, peternakan, pertanian, eco tourism dan industri kreatif.
“Saya berharap pemerintah Indonesia menambah kembali kuota beasiswa LPDP ke Selandia Baru. Saya juga berharap pemerintah Selandia Baru lebih aktif berpromosi di Indonesia,” imbuhnya.
NZIA merupakan asosiasi persahabatan Selandia Baru-Indonesia yang tertua. Organisasi ini didirikan sejak 1964.
Tahun lalu, asosiasi ini menghelat pameran foto, pengumpulan dana untuk gempa Palu dan Banten, serta sebagai puncaknya, mereka mengadakan pameran batik di gedung parlemen Selandia Baru. Pameran batik ini digelar sebulan penuh dan dihadiri lebih dari 400 orang.
Dubes Tantowi mengapresiasi kiprah NZIA selama 55 tahun ini. Menurut dia, NZIA membantu dalam mempererat hubungan antarmasyarakat Indonesia dan Selandia Baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News